28 April 2015

Dari Remang-remang Menuju Cerah Berseri-seri

Perawakannya biasa, tanpa jubah, tak berjenggot panjang pula. Tapi, kiprahnya tak kalah dengan para “pasukan jubah putih”. Jika mereka (para pasukan jubah putih) berkoar atas nama Tuhan, membawa “pentungan”, mengobrak-abrik lahan kemaksiatan. Apa yang dilakukan M. Arif’an (41) berbeda 180’. Dalam berdakwah dia tak sekadar “bersenjata golok”.

Baginya dakwah adalah jalan kebenaran yang harus ditempuh dengan cara yang terbaik. “Dakwah itu mengajak dan merangkul, bukan menakut-nakuti lantas membuat lari,” tambah pria yang menjadi ketua PCM Krembangan itu.

Ketika hadir dalam Pelatihan Ideopolitor di Graha Umsida, Sabtu-Ahad (25-26/4), pria yang menamatkan gelar sarjananya di Unmuh Surabaya itu menggambarkan lika-likunya dalam dakwah lokalisasi. “Saya tinggal di lingkungan prostitusi, jadi saya tahu betapa kelamnya para wanita yang menggantungkan hidupnya pada “lembah hitam” tersebut,”tukasnya.

Tekad dan keinginannya yang kuat, tak lantas menjadikan jalan dakwahnya lurus tak berpenghalang. Pernah suatu hari dia diprotes ibu-ibu Aisyiyah karena para bapak diajak bertabligh di wisma-wisma. Namun, beragam penolakan yang datang dari Ibu-ibu ‘Aisyiyah maupun dari warga Muhammadiyah sendiri tak menyurutkan tekadnya untuk tetap melanjutkan gagasan besarnya tersebut. “Karena dakwah sesungguhnya tak berhenti pada masjid, musala, atau tempat-tempat “nyaman” lainnya,”imbuh Bapak dua anak itu menambahkan.

Tekadnya semakin membulat ketika dirinya terpilih menjadi ketua pada Musycam PCM Krembangan. Sebagai pimpinan persyarikatan pada taraf cabang, dia tak segan mengganti para pimpinan ranting yang jarang berjamaah di masjid dan musala. “Ketika kita dipilih menjadi pimpinan, apalagi dalam organisasi besar seperti Muhammadiyah, maka pada saat itu kita menjadi teladan bagi masyarakat,”ungkapnya. Dia menambahkan sebagai pimpinan persyarikatan dalam apapun kapasitasnya, setidaknya punya kriteria 4-er, pinter, bener, kober, dan . “Pimpinan Muhammadiyah ibaratnya bekerja pada perusahaan Allah. Jangan pernah jadikan sampingan, harus sungguh-sungguh mengelolanya,”lanjutnya dengan nada serius.

Perjuangannya setidaknya membuahkan hasil, ketika banyak perusahaan yang menyalurkan dana CSR-nya pada PCM Krembangan. Beberapa perusahaan itu bahkan tak segan memberikan berapapun dana yang diminta untuk bisa memberdayakan para pekerja PSK agar mandiri dan mentas dari “lembah hitam”.

Namun, bukannya tanpa halangan perjuangan yang dirintisnya. Banyak ancaman dan teror datang, terutama dari para preman yang tidak ingin “lahan basahnya” berpindah atau menghilang. “Saya pernah dikalungi (lehernya dilingkari) pedang oleh salah seorang preman. Beberapa saudara juga lari menjauh dari saya karena merasa tidak aman,”kenangnya. Namun, pada akhirnya, ketika seseorang menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya. Dukungan yang diterimanya pun semakin banyak, hal itu terlihat ketika PDM dan Aisyiyah lambat laun menyambut gagasannya. Walikota Tri Rismaharini pun turut membantu ketika lokalisasi yang berada di Dupak Bangunsari dan Kremil itu dicanangkan untuk ditutup.

Para peserta tampak tak beranjak sedikitpun dari tempat duduk, antusiasme berlanjut ketika pada sesi tanya jawab, para peserta ingin tahu bagaimana kiat perjuangannya Rif’an dalam mengembangkan cabang dan ranting lebih lanjut. Pada akhir sesi, narasumber bahkan “ditahan” oleh para peserta karena rasa ingin tahunya yang masih tinggi.  

Pelatihan ideopolitor diselenggarakan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Sidoarjo, yang bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR), turut juga mengundang perwakilan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kabupaten Sidoarjo. Selain memberikan penguatan akan pentingnya ideologi Muhammadiyah dalam gerakan dan organisasi, panitia yang didominasi para Pemuda Muhammadiyah Daerah Sidoarjo itu juga menghadirkan ketua fraksi PAN Kabupaten, yang memberikan wacana perpolitikan di kota delta.

Sehari sebelumnya acara tersebut dibuka ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Ustadz Dzul Himam, Lc. Pada kesempatan yang sama ketua MPK dan kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo Drs. Aunur Rofiq hadir saat sesi penguatan cabang dan ranting. Setelahnya rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Drs. Hidayatulloh, M.Si., memberikan percik inspirasi ideologi Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang melintas zaman. Dalam ceramahnya, Pak Dayat mengingatkan bila setiap perubahan yang dilakukan Muhammadiyah berkat para tokohnyayang berani mendobrak kemapanan. Contoh misalnya KH. Ahmad Dahlan, dengan keberaniannya mengubah arah kiblat masjid Agung Kauman yang sejak lama salah. Juga ada Pak AR Fachruddin, dengan kemampuan komunikasinya yang baik pada Presiden saat itu, menjadikan Muhammadiyah lebih besar dan berkembang. Selain itu ada Pak Amien Rais, sang lokomotif reformasi, menggulingkan rezim yang sudah 32 tahun berdiri. Kini, ada Pak Din Syamsuddin yang menabuh genderang jihad konstitusi.

Jangan pernah berhenti Mujahid-mujahid Muhammadiyah, jadikan negeri ini tercerahkan oleh langkah dakwahmu..

Trawas-Jasem, 280415
Dalam Dekapan CintaNya


SEMANGAT: Sebagian Peserta dan Panitia Mengabadikan Momen*
foto: fesbuk Abi Nurbian

0 komentar: