Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

29 December 2013

Mereka Bilang Jama'ah Tabligh

Akhir pekan biasanya dimanfaatkan banyak orang terutama anak-anak muda untuk bersenang-senang. Kebanyakan dari mereka memanfaatkan Sabtu malam untuk hangout keluar rumah bersama kawan-kawan atau teman dekatnya. Setidaknya, fakta itulah yang tampak dari pengamatan beberapa kali dan apa yang pernah penulis alami. Bagi mereka yang berada di kota, destinasi tujuannya adalah jalan-jalan ke mal untuk berbelanja atau sekedar cuci mata. Tapi untuk mereka yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, dan berada di 'pedalaman', menghabiskan akhir pekan biasanya digunakan untukl sekedar nongkrong di tempat-tempat keramaian. Pasar Porong contohnya, hehe..

Tapi siapa sangka, kebiasaan yang tak membawa faedah fiddini wal akhirah tersebut disadari oleh sekelompok pemuda kota udang, Sidoarjo. Mereka akhirnya memanfaatkan momen Sabtu malam tidak untuk kemudharatan, melainkan untuk menimba bekal, yakni ilmu agama.

Seperti Sabtu malam lalu (28/12), selasar masjid An Nur (kompleks Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo) disesaki sekitar 20-30 pemuda. Mereka khusyu' duduk melantai dan mendengar kajian. Kegiatan yang dimulai ba'da salat Isya' itu memang sengaja diisi dengan kajian Islami seperti bedah hadits. Tak hanya itu, ada juga kupasan materi tentang HPT (Himpunan Putusan Majelis Tarjih).

Yang menarik, setelah kajian, para pemuda yang tergabung dalam organisasi Pemuda Muhammadiya Sidoarjo tersebut tak lekas pulang. Tapi mereka semua bermalam di masjid yang juga menjadi pusat dakwah Persyarikatan Muhammadiyah itu. Setelah kajian HPT selesai dan beristirahat, kegiatam akan dilanjutkan dengan Salat Lail berjama'ah. Sembari menungu salat subuh yang nantinya akan dipungkasi dengan kultum. 

Program kegiatan yang rencananya akan dilangsungkan sekali sebulan itu akan dijadwalkan bergilir ke seluruh cabang Pemuda Muhammadiyah yang ada di kecamatan se-Sidoarjo. Bulan depan, Masjid Mujahidin cabang Balongbendo mendapat kesempatan pertama setelah launching program yang awalnya dinamakan safari dakwah itu. Awal-awal, sempat muncul perdebatan penggunaan nama yang tepat bagi program tersebut. Jika nama safari dakwah yang dipakai, dikhawatirkan ada kesamaan nama dengan organisasi Jama'ah Tabligh, yang terkenal militan berdakwah berbulan-bulan lamanya berkeliling dari masjid ke masjid. 

Dan akhirnya, atas beragam saran yang muncul dari para tetua organisasi, program itu akhirnya berganti nama menjadi Baitul Arqam. Mengacu pada nama sahabat Arqam, pengikut Nabi (Muhammad Shallallahu'alaihi wassallam), yang rumahnya dipakai untuk menyebarkan Islam ketika di Mekkah.

Membulatkan tekad hanya untuk meraih ridha Allah semata adalah tujuan dari program tersebut. Yang tentu, ada misi dakwah yang tak lepas dan menjadi nafas dalam tiap langkah organisasi otonom, Pemuda Muhammadiyah. 

Bismillah..



111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS



28 December 2013

Menulis itu..

"Menulis itu ibarat menyanyi,"kata Asma Nadia dalam laman fanpage KBM-nya. Saya setuju sekali bila aktivitas menulis diibaratkan layaknya menyanyi. Kita tak pernah peduli, biar orang lain berkomentar apa tentang lagu yang kita nyanyikan. Biarlah mereka mengatakan suara kita fals, serak, atau mendayu-dayu, tapi kita tetap senang menyanyi. Karena itu tadi; senang. Dan aktivitas yang dilakukan dengan kesenangan bisa disebut dengan hobi. Walhasil, jika kita melakukan aktivitas berdasar hobi, selayaknya kita sedang bermain, bersenang-senang, tanpa terbebani oleh apapun.

Awal-awal dulu ketika masih bergiat menulis di warnet, saya menulis hanya beberapa kali dalam sepekan. Dan itu pun kadang tak rutin, kadang sepekan sekali, dua kali, tiga kali, atau saat dulu masih booming facebook,bisa sampai lima sampai tujuh kali mengunjungi warnet.Dan menulisnya pun dengan bebas tanpa beban. Tanpa harus memikirkan tulisan ini bakal enak dibaca atau tidak. Dan, setelah saya baca dan amati, tulisan-tulisan saya yang saya buat dulu sungguh natural. Ibarat sebuah puisi, munculnya itu dari lubuk hati yang paling dalam (he..mungkin karena saking ngempetnya mau nulis tu ya..)

Sampai kemudian saya masuk kuliah di Unesa dan berkeinginan punya amunisi sendiri, yakni laptop. Dan melengkapinya dengan modem yang tersambung dalam dunia mayantara. Awalnya, sangat giat dan semangat dalam menorehkan goresan keyboard. Baik itu di FB, blog, maupun dalam catatan di Word. Tapi, itu tak berlangsung lama. Karena ada daya tarik lain yang disajikan dunia maya. Apalagi ketika sudah mengenal Youtube, aplikasi desain seperti Coreldraw dan Photoshop, praktis saya sendiri yang awam dalam hal desain-mendesain harus mengerahkan daya dan upaya untuk bisa mencobanya dan memahami kinerja aplikasi tadi.

Dan bisa ditebak. Kuantitas dan kualitas tulisan semakin menurun. Resolusi tahun ini juga nampaknya agak sedikit ada evaluasi. Menerbitkan buku kelihatannya masih harus diusahakan dan menunggu tahun depan. Menulis harus saya kembalikan ke khittah semula, yaitu untuk kesenangan dan kepuasan batin, Menulis pun harus saya lakukan tanpa beban, ibarat hobi atau kesenangan, yang semakin dilakukan, semakin menyenangkan.

Dua ribu empat belas tinggal menunggu hari. Resolusi tahun ini sedikit demi sedikit saya evaluasi dan susun kembali. "Harus detail, dan memberikan energi,"kata Jamil Azzaini dalam tweet-nya. Semoga, saya menulis tanpa terpengaruh mood.

Membaca bacaan-bacaan bagus juga harus menjadi kebutuhan. Karena membaca adalah pabrik dari aktivitas produksi menulis. Entah itu dalam suasana baru gajian, banyak utangan, jatuh cinta, patah hati, dapat rezeki, kehilangan laptop, atau apalah itu yang menimpa dan memberi warna kehidupan, semoga tetap ISTIQAMAH menulis dan menyebar salam, menyebar kebenaran dan kemaslahatan.
Amiin..

*Porong 281213
Dalam suasana ruang tamu yang bertaburan sinar wifi

16 December 2013

Seperempat Abad

Diantara waktu yang terus bergerak..
Aku menatap masa depan sebagai tantangan, memandang hari esok seolah merajut harapan..
Sementara masa lalu adalah pembelajaran, belajarlah dari beberapa kesalahan yang diperbuat, dari kealpaan manusia biasa, tempatnya salah dan lupa..
Menjadi tua adalah kepastian, menjadi dewasa adalah pilihan. Karena hidup ini memilih, ketika banyak peluang yang dihadirkan olehNya kita ambil dan kita pilih..
Fase hidup ini menjadi cerminan diri untuk terus berbuat yang terbaik yang bisa dilakukan. Hanya orang-orang yang tak berkemajuan, yang menyandarkan dirinya pada apa yang dimilikinya sekarang, yang merasa puas dengan segala titipan dariNya. Di sisi lain, ada banyak yang masih terbelenggu dengan karakter terjajah yang bersemayam dalam dirinya. Yang menghamba pada selainNya, entah itu diperbudak oleh harta benda, kekuasaan, atau nafsu yang mengangkanginya..
Aku belumlah sempurna menjadi manusia. Manusia yang diberikan tugas oleh Tuhan untuk menjadi KhalifahNya. Manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepadaNya. Dan menjadi golongan manusia mukhlasin, yang tak pernah goyah dari godaan dan bisikan iblis..
Tapi aku bersyukur dengan anugerah Allah yang luar biasa berlimpah. Dari Bapak-Ibu yang melahirkan dan membesarkanku, aku belajar banyak darinya makna ikhlas. Ikhlas yang tempatnya di dalam hati dan tak tampak bila hanya dibuai kata-kata indah. Aku belajar dari mereka bedua, keikhlasan dan kesederhanaannya. Walau mereka berdua tak mengenyam bangku kuliah, tapi doa mereka selalu menyertai langkah..
Untuk guru-guru yang memberikan ilmu. Tak pernah lelah rasa terimakasihku. Karena ilmu tak berbatas, yang tak hanya berkutat pada bangku dan gedung yang bersekat, ada banyak guru yang mewarnai perjalanan hidupku. Dari majelis ilmu di masjid, sampai pengalaman hidup yang bisa kupetik dari mereka-mereka para guru kehidupan.
Entahlah, aku merasa bersyukur dipertemukan dengan mereka. Ada penerang, laksana obor yang menerangi kegelapan. Ada secercah sinar yang menuntun pada jalan kebenaran, jalan yang diridhai dan dirahmati. Yang itu kadang sulit, terjal, dan.mendaki..
Di seperempat abad kedua hidupku. Aku ingin tetap melanjutkan perjuangan. Meniti jalan yang dilalui para syuhada yang berjuangdi jalanNya. Menjadi mujahid tanpa makna yang dipersempit. Menjadi mujahid yang berjuang dengan sungguh-sungguh mengerahkan jiwa raga, harta benda, serta keilmuan yang dimilikinya. Untuk menjunjung tinggi kemuliaan agama, untuk mengharap ridhaNya.
Jalan yang kudaki akan banyak rintangan dan cemoohan. Tapi yakinlah, jalan ini adalah yang lurus dan benar. Karena betapapun kuatnya agama yang bersemayam, akan hilang tak berbekas bila tanpa amalan. Dan tak akan bernilai dihadapanNya, bila niat bukan karenaNya.

sumber: imuslim
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al Quran Surat Al Hujurat (49) ayat 15)



11 December 2013

Ganjalan

Ada yang mengganjal ketika film itu diputar. Aku masih belum percaya bila film yang ber-budjet milyaran itu mengabaikan hal-hal mendasar. Entahlah, kekurangpahaman para pemerannya atau sutradaranya.

Aku masih gamang bila film itu diberi label religi. Karena banyak adegan yang mengusik pikiran. Dari beberapa busana yang terbuka hingga adegan makan yang tak menggunakan tangan kanan. Dari beberapa scene yang melibatkan interaksi antar non mahram, hingga gerakan salat yang kurang disempurnakan.

Ingin kukirim salam pribadi pada penulisnya. Ada yang diabaikan, ada yang luput dari film adaptasi novel tersebut.

Mengkritisi bukan karena benci, hanya kepedulian untuk saling mengingatkan, agar kealpaan bisa hilang dan tak terulang.

#99CDLE

7 December 2013

Cahaya di Masjid Lumpur

Hawa panas siang itu terasa sangat menyengat. Alih-alih berteduh untuk mendinginkan suhu, motor merah malah kupacu menyusuri aspal jalanan agar segera sampai tujuan. Agak tergesa memang, khawatir bila pahala berkurang. Alhamdulillah, beberapa meter memasuki parkiran, sayup-sayup suara adzan baru berkumandang.

Nurul Azhar namanya. Masjid yang dikelola Yayasan dengan nama yang sama tersebut berjejal jama'ah. Kewajiban bersegera salat Jumat seolah membangkitkan kembali kejayaan masa lalu masjid itu. Rumah Allah yang namanya terinspirasi dari tempat menimba ilmu sang Kyai di negeri Hasan Al Banna tersebut ramai layaknya malam i'tikaf tiba. Ada nostalgia, berkhayal jika penuhnya shaf bisa ditemui di waktu-waktu salat lainnya.

Aku bergegas mengambil wudhu. Sedikit asin terasa ketika air memenuhi langit-langit dalam rongga mulut. Entah apa sebabnya. Efek bencana tujuh tahun lalu atau lainnya, entahlah. Yang jelas, tanggul penahan luapan lumpur semakin kokoh berdiri. Nanar menatap masjid di depannya.

Kumulai salat qabliyah sebelum duduk diam mendengar khutbah. Menjelang takbir, sempat kulirik sang khatib yang berdiri diatas mimbar. Ada sosok ulama besar rupanya.

Tak salah bila aku dibuat kagum dengan keilmuannya. Dari materi khutbahnya saja, orang lain pun bisa menebak seberapa kapabilitas seorang khatib. Tersadar akan sosoknya yang telah bermukim lama di tanah hijaz. Disanalah tempat beliau menghabiskan masa muda dengan menimba lmu agama. Dari beberapa pengajian dan referensi yang kami ikuti, beliau salah satu maestro di bidang ilmu Fiqih, lmu yang berkaitan erat dengan bahasan peribadatan.

Ustadz Aliga Ramli, Lc, pengajar di Pesantren Persis-Bangil yang sekaligus menjadi satu diantara beberapa pengurus di Yayasan Nurul Azhar tersebut  menyampaikan betapa pentingnya menuntut ilmu. Runtutan materi khutbah yang disampaikan, seolah sayang bila sedetik saja terlewatkan. Seperti ketika masuk pada sebuah ayat, tentang firman Allah yang termaktub dalam Al Quran. Yakni, Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang berilmu. Pahala mereka disamakan dengan para Mujahid  pembela Dienul Islam.

Selain itu, ada peringatan bagi mereka yang menuntut ilmu bukan karena niat menyebarkan dan memberi pencerahan. Dan yang patut diingat, ada tiga landasan pokok yang tidak bisa terlepas dan saling berkaitan. Ketiganya adalah iman, ilmu dan, amal. Tanpa iman, sia-sia kita berilmu dan beramal. Beriman dan beramal tapi tanpa ilmu, seolah jauh dari tuntunan. Begitu pula orang beriman dan berilmu  tapi tiada beramal, betapa gersang keridhaan Allah padanya. Astaghfirullah..

Ba'da khutbah yang disambung dengan salat dua rakaat, aku kembali berdiri menegakkan salat. Dua rakaat ba'diyah menjadi penutupnya. Usai salam, aku melihat Ustad Aliga baru menyelasaikan salat sunnahnya. Segera kutemui beliau dan bersalaman. Sedikit bertanya, kapan dan dimana beliau memberi kajian. "Tap hari Senin ba'da Maghrin di Masjid Al Falah-Gempol,"ujar beliau.

Beliau pun pamit pulang. Aku dan kawanku yang saat itu berada disampingnya berdiri serempak. Sempat kutawarkan tumpangan si merah. Namun, beliau khawatir masuk angin. Beliau melangkahkan kaki setelah menyalami kami. Dari kejauhan, beliau berjalan menuju jalan raya. Menunggu angkutan yang membawanya pulang kerumah..

#saat tafakkur dan introspeksi mendapat tempat kembali.
Ditulis bersambung, kampung halaman-rumah singgah.
101213

Allahuyarham Ustadz Aliga Ramli, Lc., satu dari beberapa ulama kota lumpur, Porong, yang kembali ke Rahmatullah. Semoga kami bisa meneladani kiprahnya dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya, dengan niat hanya mengharap ridhaNya.. 

6 December 2013

Jadilah Mujahid Sang Pencerah!

Pesan itulah yang disampaikan Prof. Thohir Luth, ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, dalam pembukaan Baitul Arqam Madya (BAM) Pemuda Muhammadiyah di Ma'had Darussalam- Lawang (29/11-1/12).

Kegiatan yang diprakarsai Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jatim itu mendapat sambutan luar biasa dari para kader, terutama mereka yang bergerak dalam bidang pengkaderan dan dakwah dari masing-masing daerah (kabupaten/kota-pen) yang memang menjadi sasaran utama dalam kegiatan tersebut. Hal itu tampak dari penuhnya kuota peserta yang hadir dalam kegiatan yang merupakan lanjutan dari Baitul Arqam Dasar (BAD), yang dilangsungkan beberapa waktu silam.

Lebih dari 70 orang utusan menghadiri kegiatan yang juga bersamaan dengan Pelatihan Da'i Lanjutan itu. Dalam sambutannya, Prof. Thohir menekankan peran penting kader dalam kelangsungan dan eksistensi persyarikatan Muhammadiyah. "Saya ingin rumah besar Muhammadiyah diisi oleh para kader Muhammadiyah,"harap beliau yang kemudian diamini para peserta BAM.

Harapan yang muncul dari orang nomor satu di jajaran kepengurusan Muhammadiyah Wilayah Jatim tersebut tak lepas dari fenomena minimnya kader yang muncul dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

Menurut beliau, pendirian dan pembangunan AUM mempunyai fungsi yang cukup strategis. Selain mengimplementasikan pesan Surat Ali Imran ayat 104, yang tak lain merupakan landasan pendirian Persyarikatan Muhammadiyah, AUM juga memiliki peran sentral  mengenalkan apa itu Muhammadiyah, kepribadian, sampai cita-cita dan ideologi Persyarikatan yang didirikan pada 18 Nopember 1912 itu.

Sayangnya, sampai saat ini peran tersebut masih belum signifikan. Salah satu sebabnya, ribuan AUM yang tersebar, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi (PT), serta rumah sakit Muhammadiyah diisi dan diwarnai oleh orang-orang non Muhammadiyah. Boleh jadi mereka mengaku Muhammadiyah hanya untuk mencari penghidupan di dalam AUM.

Maka peran kader, terutama dari Pemuda Muhammadiyah, diharapkan bisa menggantikan dan memberi warna baru dalam AUM. "Jadilah Mujahid Muhammadiyah, yang membumikan nama Allah lewat Persyarikatan, serta membawa kemajuan dan keunggulan,"pesan beliau sungguh-sungguh.

Dalam BAM kali ini,  turut pula menghadirkan para "pakar" yang memang diundang untuk mengokohkan pemahaman ideologi Muhammadiyah bagi para kader.

Sebut saja nama Dr. Sa'ad Ibrahim. Dosen Pascasarjana UIN Maliki Malang, yang sekaligus mengemban amanah sebagai wakil ketua Majelis Tarjih PWM Jatim tersebut, hadir pada hari kedua BAM.

Selain memberikan materi terkait ideologi Muhammadiyah, dari keprihatinan KH. Ahmad Dahlan melihat fenomena lingkungan sekitarnya pada saat itu yang penuh dengan ketidakadilan. Beliau juga memberikan "wejangan" kepada para peserta BAM agar tidak berkecil hati dengan keadaan obyektif saat ini. Maksudnya, kata beliau, sering kita minder dengan kekurangan dan keterbatasan kita saat ini. Padahal, kekurangan dan keterbatasan tidak boleh menyurutkan semangat dalam berjuang dan menggapai cita-cita. Beliau kemudian mencontohkan kisah sukses yang dinukil dari salah satu program tayangan TV, seorang dokter hewan yang mengawali kuliah dari berjualan roti.

Tak mengenal Muhammadiyah bila tak paham para ketuanya. Hal itu ditangkap panitia BAM dengan menghadirkan narasumber yang sudah kenyang asam garam ke-Muhammadiyah-an. Dari tangannya bayak lahir buku-buku inspiratif, salah satu bukunya berjudul "Anekdot Tokoh-Tokoh Muhammadiyah," yang berkisah perjuangan para tokoh Muhammadiyah dari masa ke masa. Dialah Drs. Nurcholis Huda. Selain menulis buku, salah satu jajaran pengurus Muhammadiyah Wilayah Jatim tersebut juga aktif di majalah MATAN, media PWM Jatim yang terbit tiap bulan sekali itu.

Jadilah, sampaian materi yang mayoritas bersumber dari buku karyanya tentang biografi para tokoh Muhammadiyah mulai KH. Ahmad Dahlan hingga Din Syamsudin tersebut berjalan menarik dan interaktif. Banyak hikmah yang dipetik dari kisah para tokoh Muhammadiyah yang dipaparkan beliau.  Mulai dari kesahajaan Jenderal Soedirman yang menghalau dingin dengan tilawah Al  Quran, sampai kesederhanaan Pak A.R Fachroeddin (ketua Muhammadiyah terlama) yang di rumahnya berjualan bensin eceran.

Tak kalah menarik, panitia BAM mengundang Dr. H.M Ziyad, wakil ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, yang juga Alumnus Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem, Lamongan. Selain memberi materi gerakan Islam Transnasional, yang akhir-akhir ini banyak berkembag di Indonesia. Beliau turut memberi pencerahan dan menggugah kesadaran, betapa SDM negara kita jauh tertinggal. Dalam jumlah doktor per satu juta penduduk saja, Indonesia kalah dengan negeri Jiran; Malaysia dan Singapura. Yang lebih mencengangkan, daftar teratas untuk jumlah doktor per satu juta penduduk ditempati Israel. Tak heran, negeri Zionis tersebut menguasai sistem informasi di seluruh dunia.

Dan yang memungkasi kegiatan BAM pada Ahad (1/12) adalah Dr. Saleh Daulay. Sebagai ketua PP Pemuda Muhammadiyah, beliau memberi orasi ilmiah tentang tujuh prinsip pokok agar Islam dapat tegak berdiri dan umatnya damai dibawahnya. Beberapa diantaranya ada ukhuwah jam'iyah, ukhuwah Islamiyah, hingga ukhuwah Wathoniyah.

*Porong 61213
Disela bersegera Salat Jumat