14 June 2015

Bertekuk Lutut di Kaki Tata Bahasa

Banyak murid memiliki potensi menulis, tapi masih belum diberdayakan. Guna menghidupkan semangat menulis, yang pertama dan utama harus diajarkan tak lain pengalaman dan praktik menulis. Bukan menjejalkan teori menulis. Pembelajaran menulis merupakan penghargaan terhadap pikiran bebas. Bahasa dimanfaatkan buat mengungkapkan pikiran bebas itu. Guru berperan sebagai fasilitator atau pelatih, bukan wasit otoriter.

Supaya bisa menulis, gagasan harus dicari dan digali. Ide inilah yang mesti dituangkan dalam bentuk tulisan. Misalnya, ide perihal booming batu akik di seluruh penjuru negeri. Setelah ide ditemukan, tahap berikutnya menentukan “angle” atau sudut pandang yang akan digunakan sebagai panduan menulis. Angle merupakan sisi tulisan yang hendak dipilih.

Angle dipilih yang paling menarik, penting dan relevan. Agar tajam, angle dirumuskan dalam kalimat tanya. Misalnya: mengapa tiba-tiba masyarakat gandrung batu mulia? Angle bisa digali dengan 5W+1H: what, who, when, where, why, dan how.

Variasi angle bergantung rasa ingin tahu kreativitas penulis. Setelah angle ditetapkan, giliran mencari bahan tulisan. Caranya: riset pustaka, wawancara sumber, dan reportase suasana. Tulisan yang bagus berangkat dari penggalian bahan yang bagus. Good input, good output.

Sesudah bahan tersedia, outline atau kerangka tulisan bisa mulai digarap. Rencanakan alinea demi alinea yang akan ditulis. Satu alinea satu pokok pikiran. Jangan berjejalan banyak pokok pikiran dalam satu alinea. Setiap alinea terdiri atas satu kalimat utama (main sentence) yang diikuti dengan beberapa kalimat pendukung (support sentence).

Outline tulisan terdiri atas lead, bridging, badan tulisan, dan penutup. Lead itu pembuka tulisan yang menarik, simple, tidak direcoki data, dan angka. Lead bertugas memikat pembaca.

Bridging itu jembatan menuju badan tulisan. Biasanya berisi penjabaran lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dalam lead. Bridging juga  memasukkan konteks persoalan, yakni penjelasan kenapa topik tulisan yang diangkat penting untuk dibaca.

Badan tulisan adalah tempat penulis menjabarkan argumen, data, hasil, riset, dan observasi yang telah dikumpulkan. Penutup bisa berupa kesimpulan, renungan, saran, solusi, gugatan, atau sekadar pertanyaan yang menggantung.

Sikap dan pendapat subjektif penulis harus muncul bila tulisan berbentuk esai. Bukan sekadar rangkaian kutipan teori dan pendapat ahli. Ramuan esai: observasi yang jeli dibingkai pemahaman teori yang memadai.

Guru tidak akan bisa membuat muridnya gemar menulis bila dia tidak menghidupi semangat menulis.
 

Disadur dari J. Sumardianta, Jawa Pos (Ahad, 7 Juni 2015) 

0 komentar: