15 November 2014

Guru Kreatif Guru Masa Depan

Guru Kreatif, siapa yang tidak suka? Semua murid pasti selalu menunggu kedatangannya. Mereka terpacu dan bersemangat ketika diajar guru kreatif. Betapa tidak, guru kreatif mengajarnya dengan cara yang menyenangkan, nir-boring, dan selalu hadir dengan kejutan-kejutan serta menampilkan sesuatu yang baru. Maka tak salah, bila profesi pendidik atau guru dituntut harus kreatif.

Bu Siti Romlah, guru PNS berprestasi asal Probolinggo, dalam suatu kesempatan pernah mengatakan, "Seorang Guru haruslah kreatif, apapun itu kondisinya." Intinya, seorang guru, ketika berada dalam lingkungan sekolah dengan latar dan kondisi bagaimanapun, harusnya menjadi sosok kreatif. Beliau mengibaratkan, ketika sarana dan prasarananya kurang di sekolahnya, maka seorang guru kreatif wajib menjadikan media pembelajaran alternatif dan kreatif  yang fungsinya sebagai subtitute (pengganti) sarana/ prasarana yang tidak bisa di dapatkan sekolah tersebut. Termasuk juga ketika di sekolah tersebut mayoritas muridnya nakal-nakal (padahal Pak Munif Chatib mengatakan tidak ada murid nakal, tapi murid yang tidak dapat stimulan yang kompatibel), tetap harus berpikir kreatif dengan memberikan strategi pembelajaran yang tepat bagi murid-murid yang dianggap "menyimpang".

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), sebagai matapelajaran penting bagi tumbuh kembang peserta didik, yang bertujuan agar setiap peserta didik menyadari betapa pentingnya pola hidup sehat dengan aktif bergerak dan cerdas memilih serta memilah asupan makanan. Tidak bisa dilepaskan dari keterbatasan sarana dan prasarana. Termasuk ketika masuk pada salah satu kompetensi dasar  tentang pembelajaran atletik. Dimana salah satu sub indikatornya adalah mengenalkan dan membelajarkan salah satu cabang atletik lompat jauh.

Belum adanya bak pasir sebagai tumpuan ketika melakukan pendaratan saat melompat, menjadikan seorang guru penjasorkes diharuskan memutar otaknya agar pembelajaran tersebut dapat tetap tersampaikan, dengan cara memodifikasi pembelajaran yang meliputi sarana dan prasarana dengan tetap memenuhi standar keamanan.

Melihat peluang di sekitarnya, ketika di sekolah terdapat matras pencak silat dan matras busa (yang biasa dipakai untuk senam lantai) serta ada bekas bantalan kursi yang teronggok di gudang. Maka dengan sedikit sentuhan kreatifitas, mengolah ketiga komponen bahan tadi menjadi satu rangkaian dalam pembelajaran lompat jauh.

Hasilnya, meskipun bel pergantian pelajaran sudah berbunyi, namun antusiasme peserta didik untuk mencoba melakukan lompatan berkali-kali tetap tinggi. Selamat mencoba!





0 komentar: