17 November 2013

Apa Kabar Perjuangan?

Hari Pahlawan 10 Nopember lalu telah lewat, namun esensi perjuangan yang sesungguhnya baru saya temukan dan baru terilhamkan hari ini dan kemarin. Perjuangan yang tak lagi membebaskan bangsa dari cengkeraman imperialisme negara penjajah. Perjuangan yang tak kalah mulia; menyelamatkan generasi muda!

               ***

Rintik hujan baru saja turun dan membasahi tanah di kompleks Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo sore itu (16/11). Kami, beberapa utusan dari Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) se-Kabupaten Sidoarjo diberikan kesempatan oleh Allah untuk mengikuti Rapimda (Rapat Pimpinan Daerah) yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Sidoarjo.

Kebetulan (padahal tak ada kebetulan dalam dunia ini), saya menjadi utusan tungggal dari Cabang Pemuda yang saya gawangi; PCPM Porong. Bersebab udzurnya Sekretaris yang berhalangan hadir. Serta Wakil dan Bendahara yang membatalkan keberangkatannya secara tiba-tiba.  

Setelah menunaikan salat Asar berjamaah di Masjid An-Nur, rombongan yang berjumlah antara 30-40 orang dari belasan kecamatan yang ada di seluruh Kabupaten Sidoarjo itu pun berangkat. Dua mobil milik Persyarikatan dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), ditambah satu mobil pribadi milik kader dan beberapa armada roda dua pun dilepas menuju lokasi tujuan.

Dalam keterangan yang tertera di undangan, terdapat nama Villa Pacet yang akan menjadi tempat berlangsungnya kegiatan yang rencananya akan  dilangsungkan selama dua hari satu malam (16-17/11) itu. Didalamnya juga terdapat informasi bila agenda acara juga tak jauh-jauh dari evaluasi  program kerja apa saja yang sudah dilaksanakan oleh masing-masing cabang.

Mobil panther warna krem milik salah satu kader Pemuda asal Sukodono, Mas Syafi’i, membawa kami berangkat. Saya duduk di bangku belakang dan saling berhadapan dengan Mas Khulil, ketua Pemuda Sukodono, disamping saya ada Sekretaris PCPM Sukodono (saya lupa namanya), serta Mas Syamsul, kader Pemuda yang juga berasal dari cabang yang sama. 

Nama terakhir juga mengemban amanah sebagai Ketua Majelis Kader PDPM Sidoarjo.
Di tempat duduk tengah ada istri dan dua anak Mas Syafii. Dan didepan, ada Ust. Hadi, da’i yang sudah malang melintang di jagat Kepemudaan. Wawasan kelimuan agamanya begitu dalam, dengan penampilannya yang penuh kesahajaan, khas para assatidzs Muhammadiyah yang lain.

Selama perjalanan, kami yang duduk di  bangku belakang saling bertukar cerita tentang perjuangan apa saja yang sudah dirintis, dan kendala-kendala apa saja yang sering dihadapi ketika turun di lapangan. Saya lebih banyak tertunduk dan hanya menjadi pendengar setia. Merasa belum bisa berbuat banyak terhadap kemajuan Pemuda di cabang saya sendiri.  

Mas Syamsul, yang akhir-akhir ini sering akrab dengan saya pribadi, lantaran seringnya berkutat dengan program baru Majelis Kader yang dia besut; Pengajian Pedagang Kaki Lima (PKL) dan tukang becak. Dan masih belum beraksi sampai saat ini, seolah sudah paham dengan situasi, kondisi, serta beberapa tantangan yang ada di Cabang.

Beliau kemudian banyak bercerita tentang cabang Sukodono yang notabene merupakan domisili asal, dan kemudian mendapatkan timbal balik dari Mas Khulil. Jadilah, saya manggut-manggut menyimak mereka, yang terkadang timbul beberapa kalimat tanya yang terlontar dari saya. Dan baru tersadar, di dalam mobil yang saya tumpangi sedari tadi ternyata penuh dengan para kader Sukodono. Kader yang dikenal cukup 'militan'!

Perjalanan pun tak terasa, hingga sampailah kami di tempat tujuan. Pemandangan yang sepertinya tak asing lagi ketika mobil membawa kami memasuki pintu gerbang lokasi. Lagi-lagi saya tertegun sesaat setelah membaca papan selamat datang yang ada disamping dan diatas pintu gerbang kompleks tersebut, saya pun manggut-manggut sendiri.

Manggut-manggut saya karena kompleks tersebut ternyata berada di Pondok Dandung, jalan Ledug-Tretes. Seolah mengalami dejavu, karena dua villa yang baru dilewati mobil yang saya tumpangi tadi meninggalkan kenangan, saat tujuh tahun lalu, ketika baru saja menjalani proses sebagai atlet Smanor.  Hawa sejuk pun menyergap kami, ketika kaki baru saja menginjak paving stone yang berada di depan kompleks villa yang menjadi tempat Rapimda. Sayup-sayup, lantunan kumandang tahrim dari speaker masjid yang ada di seberang bukit menggema diantara pemandangan menjelang maghrib. Menambah kedamaian di hati seolah kami di refresh kembali dari kesibukan harian yang kami jalani.

Masuk ke dalam villa, ketika adzan Maghrib berkumandang di udara. Kami pun segera bergegas mengambil air wudlu untuk segera salat berjamaah. Dan, Ustadz Suhaeri, kader dari PCPM Sidoarjo yang juga menjadi pendidik dan menjabat wali kelas lima di SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, di dapuk menjadi Imam salat Maghrib dan Isya’ yang akan kami tegakkan.

Suara takbir mengalun lembut memenuhi ruangan. Di ruang tengah tepatnya kami melaksanakan salat. Nampak gerakan mengangkat serentak, setelah sang Imam bertakbiratul ihram. Surat Al Fatihah yang dibacanya secara tartil seolah menuntun kami pada kekhusyukan petang itu. Disusul kemudian dengan bacaan surat pilihan, yang baru saya ketahui surat Ali Imran ayat ayat 103-104. Anggapan mereka yang menyebut para kader Muhammadiyah tak ada yang bisa membaca Al Quran secara baik dan benar secara tartil, terbantahkan petang itu :)

Jama’ qashar yang kami tunaikan berjamaah berjumlah tiga-dua. Artinya kami melaksanakan salat Maghrib tiga rakaat yang kemudian disambung dengan salat Isya’ dua rakaat. Selesai salat wirid ba’da salat, kami mempersiapkan pembukaan acara yang pertama sembari menunggu para kader lainnya yang belum tiba.

Kira-kira pukul tujuh malam acara pertama dimulai. Diawali sambutan pembawa acara yang memulai acara dengan ucapan basmalah bersama-sama. Kemudian menyanyikan Mars Muhammadiyah yang  langsung disusul Mars Pemuda Muhammadiyah, tujuannya tak lain untuk membangkitkan ghirrah (semangat) malam di dalam dada para pemuda yang hadir pada saat itu. Sambutan dari Ketua PDPM, Mas Jasmuri, yang pada intinya memberikan gambaran jalannya rapat yang akan dimulai dengan paparan program kerja apa saja yang sudah dilaksanakan oleh para pimpinan cabang yang datang. Dan kemudian nantinya diberikan re-orientasi KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) oleh Mas Hayrul. Dan kemudian ditutup dengan paparan proyek dakwah dari Ustadz Hadi.

Rapat pleno pertama pun dimulai. Semua peserta rapat yang hadir mendengar dan menyimak paparan dari para ketua cabang Pemuda masing-masing yang telah diurut sesuai absen. Saya dibuat kagum dengan para kader cabang yang hadir. Diantaranya adalah mereka yang dari Gedangan. Ide mereka yang membuka asuransi kesehatan yang ditujukan para warga Muhammadiyah yang mau berobat ke rumah sakit, sungguh luar biasa menginspirasi. 

Tak kalah menarik adalah program kerja dari cabang Sukodono, yang kemarin menggondol  juara satu dalam turnamen Futsal Melati Cup 2013. Mereka merilis dan mengirimkan sms dakwah secara berkala ke beberapa nomor handphone para kader dan warga Muahammadiyah lain yang sudah terdatabase. Sempat saya mengira, pengiriman sms tersebut dilakukan secara manual, dengan memakai hape biasa. Eh, ternyata saya baru tahu,  mereka sudah mengapilkasikan modem khusus yang memang didesain untuk mengirim multi sms ke multi nomor. Hingga akhirmya tiba giliran saya untuk memaparkan kegiatan  apa saja, yang sudah digeber kawan-kawan dari PCPM Porong

Setelah dikukuhkan pada Musycab September tahun lalu, PCPM Porong formasi baru setidaknya sudah melaksanakan beberapa kegiatan. Beberapa diantaranya adalah Kajian Pemuda yang dilaksanakan saban Sabtu malam ba’da Isya di Musala Nurul  Huda Desa Gedang Kecamatan Porong. Atau, setelah rampungnya Kajian Bulughul Mahram yang diasuh Ust. Eko. Dan dari kajian tersebut, dimunculkanlah tema pada Buletin at-Tajdid yang nantinya diterbitkan secara berkala saban Jumat, dan disebar ke masjid-masjid di kawasan Porong, Gempol, dan sebagian Tanggulangin. Dana? Alhamdulillah swasembada, saat itu kami belum berani menjual buletin warna tunggal tersebut pada pihak lain.

Futsal pun juga pernah menjadi ajang rutin berkumpul para Pemuda, khususnya yang berada di ranting Gedang dan sekitarnya. Bahkan, pernah kami dulu melawan Persatuan Jurnalis Malang (Jurma), dan menjungkalkannya, kala tim kami, PCPM Porong diundang ke Malang dalam laga persahabatan :) Tak lupa kunjungan ke PDPM Batu, untuk melihat proses pembuatan sari Apel serta melihat AUM kreatif berupa wisata dan Outbound yang dikelola oleh Sun Apple-Batu turut kami sertakan dalam “portofolio” malam itu.

Pada bab hambatan dan harapan, saya menuliskan diatasnya, bila Sumber Daya Manusia Muhammadiyah (SDMM) di Porong masih sangat terbatas. Bila kami ingin show of force seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu oleh saudara kami IPNU, seolah rasanya berat. Berat bukan karena dana dan kendala apa-apa lainnya, tapi lantaran karena kesungguhan dan semangat (ghirah) berorganisasi yang kami miliki, sungguh sangatlah kurang. Sampai-sampai muncullah idiom, "bila ketuanya tak  hadir, maka kegiatan pun berakhir". 

Terkesan ketua centris memang, tapi apa mau dikata, kader yang kami miliki mayoritas masih berada dibangku sekolah dan kuliah. Dan tekad kami dalam harapan adalah tak menyerah dengan keadaan. Merancang kembali Buletin At-Tajdid adalah program terdekat dari kami. Dan melakukan up-grading terhadap para kader, menjadi upaya mutlak yang secepatnya dilaksanakan.

Usai memaparkan program kerjanya masing-masing, mas Ronny sebagai pelaksana acara menampung beberapa poin yang akan dibahas esok paginya pada lanjutan pleno. 

Acara kemudian bergulir pada sesi re-orientasi KOKAM yang di sampaikan Mas Hayrul. Titik fokus dari penyampaiannya adalah bahwa KOKAM dulu yang identik dengan militerisme dan tak jauh beda tugasnya dengan para pengaman keamanan lokal semacam Satpam ataupun Banser, sekarang berubah! Karena KOKAM yang baru, identik dengan kesiapsiagaan tanggap bencana, P3K, Pemadam Kebakaran, dan beragam keterampilan dan keahlian hidup lain. Maka, pesan dari Mas Hayrul, mari kita ubah mindset tentang KOKAM yang menakutkan, menjadi penuh kesiapsiagaan!

Sesi terakhir, hari pertama pun tiba. Giliran Ustadz Hadi menyampaikan program rancangannya. Slide demi slide tampilan powerpointnya berisi cetak biru pengembangan dakwah Muhammadiyah yang dibagi menjadi tiga fase; pendek, menengah, dan panjang. Yang luar biasa adalah ide pengembangan sekolah da’i Muhammadiyah, yang didasari dari keprihatinan atas minimnya kader yang berwawasan Ulama yang berada di lingkungan Muhammadiyah. Terucap lirih kalimat Subhanallah, dan mengaminkan impian tersebut yang insya Allah akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Semoga!           

*Dandung-Lidah Wetan 171113 

0 komentar: