11 March 2013

Ketika Kuliah Ikut-ikutan Kejepit



Senin menjadi hari paling membahagiakan bagi sebagian orang. Dengan posisi diantara Ahad dan Selasa yang sama-sama berwarna merahnya, hari Senin diekspresikan bermacam makna dan aktivitas. Mereka-mereka yang bekerja dibawah otoritas swasta lebih banyak yang masuk kerja. Sedangkan untuk mereka-mereka yang berpenghasilan dari uang rakyat, sebagian ada yang masih tetap beraktivitas layaknya hari Senin biasanya, sebagian yang lain meliburkan dirinya, tergantung kebijakan pimpinan. Tak terkecuali aktivitas kampus.



Diiringi cerahnya sinar matahari pagi dengan udara yang masih kinyis-kinyis, karena belum terkontaminasi, bermodal semangat ’45 aku berangkat bersama bebek besi Ksatria Jepang merahku yang sudah menemani hari-hariku dalam tiga tahun belakangan. Dengan kostum kebesaran kelas: merah-hitam, serta sepatu bola, dan peluit yang tersemat aman di leher, setengah tujuh lebih lima menit, dengan bacaan basmalah kutarik gas meluncur ke lapangan Poral Lidah Wetan.

Sepak bola lanjutan, sebenarnya menjadi mata kuliah pembuka dan mengawali hari-hari akademik dalam sepekan kedepan. Dimulai jam setengah tujuh dan bertempat di lapangan sewaan yang menjadi homebase klub Mitra Surabaya (klub anggota liga internal Persebaya)-Stadion Poral, Lidah Wetan. Perkuliahan ini diampu oleh dua dosen sekaligus, Pak Arif Bulqini dari Jurusan Kepelatihan dan Pak Nanang Indiarsa, dari Jurusan Pendidikan Olahraga.  Namun, kenyataan berkata lain, setelah menunggu sekitar lima hingga sepuluh menitan, belum ada tanda-tanda dimulainya perkuliahan. Dua dosen yang mengampu belum terlihat. Para mahasiswa pun hanya duduk-duduk, dan sebagian lainnya menimang-nimang bola. Sampai ada kode untuk berkumpul, dan ternyata salah seorang assisten dosen memberikan informasi bila perkuliahan diliburkan, dosen pengampunya sedang ada tugas katanya..penonton pun kecewa.

Optimisme berkuliah tetap terjaga meski jam pertama kosong, karena ada jam kedua yang dimulai nanti selepas Dzuhur, mendekati waktu Ashar, pukul 14.50 masuknya perkuliahan. Dan yang menjadi pamungkas hari Senin  adalah matakuliah Kewirausahaan, teman-teman biasa meng-akronimkannya menjadi KWU. Dengan bekal Proposal Perencanaan Usaha yang selesai tergarap, kulangkahkan kaki dengan mantab ke Kawah Candradimuka, kampus FIK-Unesa. Berharap proposal Bussiness Plan yang telah rampung ini dapat segera dikoreksi dan mendapat masukan berharga bila nanti saatnya terimplementasi.

Tak ada hujan petir, parkiran roda dua yang biasanya rame dan penuh sesak, mendadak sunyi-sepi. Tak ada sama sekali didalamnya, sebiji kendaraan bermotor yang menjadi parkiran khusus mahasiswa itu. Pintu gerbang masuk pun tertutup rapat, hanya ada segelintir motor dan dua unit mobil dosen terparkir dan berada di sekitar gedung dan sepanjang jalan menuju kampus. Ternyata libur kuliahnya mendahului hari libur nasional...

*Semoga hari ini Allah mencatat niat baik hati untuk bertholibul ilmi, amin... 

foto: instagram roelsebloe

Related Posts:

  • Pak Kyai dan Rumahnya Allahuyarham Ustadz Abdurrahim Nur, MA. Bila kau pernah lewat atau berkunjung ke tanah kelahiran-kampung halamanku, Porong. Kau kan dapati hamparan sawah menghijau dengan latar gunung Penanggungan di belakangnya. Udarany… Read More
  • April Tak Mop.. Menjalani aktivitas ganda seperti saat ini menuntut manajemen waktu yang cermat. Tak hanya soal bagaimana dan kapan kegiatan terdekat khan terlaksana, namun haruslah bisa membuat skala prioritas: mana yang perlu didahulu… Read More
  • Satu Hari di Peek a Boo Mendung masih bergelayut di langit kota pahlawan siang itu. Di tengahnya padatnya lalu lintas jalur beraspal, tampak seorang pemuda dengan Ksatria Jepang merahnya melaju membelah jalanan.  Dengan sedikit tergesa, dia … Read More
  • Menulis Membuat Kita Abadi Photo by admin KBM  Judul diatas merupakan tagline dari Komunitas Bisa Menulis (KBM). Salah satu komunitas yang tergabung dalam grup Facebook yang saya ikuti beberapa saat yang lalu. Bergabung dengan komunitas y… Read More
  • Menjejak Juanda Hari itu, si merah naik kasta. Sekian lama "mencium" tanah makadam, pavingan, lubang kecil dan menganga. Akhirnya, kesampaian juga melahap mulusnya aspal jalanan menuju Bandara. Sejak pagi si merah tak kemana-mana. Hany… Read More

2 komentar:

Anonymous said...

Saat niat saja sudah dihitung satu, ditambah kaki yang diayun menuntut ilmu, insyaallah tak ada yang sia-sia.

*ijin blogwalking :)

Darul Setiawan said...

Amin, Insya Allah..trims mb' Anzu..
Saya banyak terinspirasi juga dengan blog-nya panjenengan :)

(masih harus banyak belajar, hehe..)