Photo by roelsebloecreative@2013 |
Sama seperti tahun lalu, saat
mendekati hari raya Nyepi, teman kami, Zulvicar Azzam kembali pulang ke kampung
halamannya. Bukan ke negerinya Kajol dan Shah Rukh Khan, namun ke Magersari,
belakangnya Alun-alun kota Udang. Tiap kali kepulangannya ke kampung halaman,
ada efek berantai yang akan dibawanya. Setidaknya itulah yang kami rasakan,
kawan, sahabat, dan saudara seperjuangannya ketika sama-sama berasrama dan
bersekolah di SMA Negeri Olahraga. Entah mengapa, kenangan masa SMA takkan bisa
terhapus begitu saja dari Long Therm Memory
otak ini..
Vicar, panggilan tak biasanya,
mengawali karir keolahragaannya dari atlet Karate di Sekolah Menengah
Pertamanya. Jauh dari diri ini yang mengawali masa-masa “Nggak Gampang Juara” saat baru masuk kelas satu SMA. Itupun
bermula dari ajakan kakak yang sekaligus menjadi tentor pribadi, Mz Subechi. Dari
beliaulah, saya mengenal dan berkecimpung dalam olahraga
banting-membanting ini selama kurang
lebih tiga tahun. Begitu lulus SMA, saya hanya sekali-dua kali menginjak
matras, selebihnya saya gunakan untuk menemukan sesuatu yang belum saya dapatkan
hingga dua tahun lebih: Universitas.
Sedangkan Vicar, meski sempat
menjalani Training Centre (pemusatan
latihan) menjelang PON dalam Puslatda, sebelum akhirnya ‘teranulir’ gara-gara
masalah internal organisasi, dia tetap berlatih dan berlatih. Hingga sampai
kepindahannya ke Pulau Dewata, dia masih melanjutkan tekad dan passionnya di dunia perbantingan. Dan
benar saja, dengan bakat yang diiringi kerja keras “Nggak Gampang Jadi Juara”-nya, dia tetap langganan mendulang
prestasi. Hari-harinya dijalani dalam
peran ganda. Ya, tak hanya jadi atlet Judo Kota Denpasar, namun dia juga berlatih
dan mengajar. Mengajar..?? Meski saat ini belum dinyatakan lulus kuliah dari Universitas
PGRI Denpasar, namun dia sudah diminta mengajar di SD Muhammadiyah di kota yang
sama. Jempol dua untuk sahabat kami yang satu ini.
Kepulangannya kembali di kampung
halaman, tak hanya dinantikan keluarga besarnya, namun juga kami, sahabat yang
sekaligus menjadi kawan dekat. Berkumpul kembali seolah menjadi ajang reuni dari
masing-masing kawan yang sudah menemukan atau masih berjuang dalam jalan yang berlainan.
Semoga ajang reuni dalam kesempatan yang terbatas ini bisa dimaksimalkan. Tak hanya
berkutat dalam masalah nonton dan makan-makan semata, tapi ada empati yang
muncul dari kawan-kawan yang lain yang belum sempat hadir dalam kebersamaan
merekatkan ukhuwah. Semoga..
0 komentar:
Post a Comment