11 March 2013

Saat 'Warga Bali' Kembali Bermigrasi

Photo by roelsebloecreative@2013


Sama seperti tahun lalu, saat mendekati hari raya Nyepi, teman kami, Zulvicar Azzam kembali pulang ke kampung halamannya. Bukan ke negerinya Kajol dan Shah Rukh Khan, namun ke Magersari, belakangnya Alun-alun kota Udang. Tiap kali kepulangannya ke kampung halaman, ada efek berantai yang akan dibawanya. Setidaknya itulah yang kami rasakan, kawan, sahabat, dan saudara seperjuangannya ketika sama-sama berasrama dan bersekolah di SMA Negeri Olahraga. Entah mengapa, kenangan masa SMA takkan bisa terhapus begitu saja dari Long Therm Memory otak ini..



Vicar, panggilan tak biasanya, mengawali karir keolahragaannya dari atlet Karate di Sekolah Menengah Pertamanya. Jauh dari diri ini yang mengawali masa-masa “Nggak Gampang Juara” saat baru masuk kelas satu SMA. Itupun bermula dari ajakan kakak yang sekaligus menjadi tentor pribadi, Mz Subechi. Dari beliaulah, saya mengenal dan berkecimpung dalam olahraga banting-membanting  ini selama kurang lebih tiga tahun. Begitu lulus SMA, saya hanya sekali-dua kali menginjak matras, selebihnya saya gunakan untuk menemukan sesuatu yang belum saya dapatkan hingga dua tahun lebih: Universitas.  

Sedangkan Vicar, meski sempat menjalani Training Centre (pemusatan latihan) menjelang PON dalam Puslatda, sebelum akhirnya ‘teranulir’ gara-gara masalah internal organisasi, dia tetap berlatih dan berlatih. Hingga sampai kepindahannya ke Pulau Dewata, dia masih melanjutkan tekad dan passionnya di dunia perbantingan. Dan benar saja, dengan bakat yang diiringi kerja keras “Nggak Gampang Jadi Juara”-nya, dia tetap langganan mendulang prestasi.  Hari-harinya dijalani dalam peran ganda. Ya, tak hanya jadi atlet Judo Kota Denpasar, namun dia juga berlatih dan mengajar. Mengajar..?? Meski saat ini belum dinyatakan lulus kuliah dari Universitas PGRI Denpasar, namun dia sudah diminta mengajar di SD Muhammadiyah di kota yang sama. Jempol dua untuk sahabat kami yang  satu ini.

Kepulangannya kembali di kampung halaman, tak hanya dinantikan keluarga besarnya, namun juga kami, sahabat yang sekaligus menjadi kawan dekat. Berkumpul kembali seolah menjadi ajang reuni dari masing-masing kawan yang sudah menemukan atau masih berjuang dalam jalan yang berlainan. Semoga ajang reuni dalam kesempatan yang terbatas ini bisa dimaksimalkan. Tak hanya berkutat dalam masalah nonton dan makan-makan semata, tapi ada empati yang muncul dari kawan-kawan yang lain yang belum sempat hadir dalam kebersamaan merekatkan ukhuwah. Semoga..

Related Posts:

  • Tuntutlah Ilmu Sampai ke Jalan Bengawan Pukul 13.30 dari rumah singgah (kos) Abah Kajat Lidah Wetan, motor keluaran tahun 2001 pabrikan negeri sakura ku keluarkan, nyetater dan berangkat dengan iringan bacaan basmalah. Diniati dalam hati untuk ber-thalibul i… Read More
  • Saat Guru Fakir Ilmu Hari keempat Ujian Kenaikan Kelas (UKK) SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, artinya juga sudah dua kali juga menjadi pengawas ruang kelas yang menjadi tempat ujian. Disaat yang sama, saya menemukan beberapa fakta, yang menuntut sa… Read More
  • Berproses Menjadi Cik Gu Hari ini menjadi catatan sejarah yang tak pernah terlupa dalam perjalanan karir menjadi seorang calon guru. Untuk pertama kalinya, saya menerima gaji pertama sebagai pengawas ulangan tengah semester (UTS) yang dilaksanakan … Read More
  • Salam Jumpa di Musasi “Perubahan akan memberikan dampak, baik berhasil ataupun tidak. Namun percayalah, itu lebih baik dari diam dan stagnan!” Pesan dari Kepala Sekolah, Bapak Aunur Rofiq, sungguh tak bisa membuat saya tenang. Ada yang mengga… Read More
  • Wahai Guru, Jangan Berhenti atau Malu untuk Tetap Mengais Ilmu.. Syawal biasanya identik dengan semangat baru dalam memulai perjuangan. Spirit Ramadan yang masih melekat kuat, seolah jadi amunisi dalam menata niat dan memulai gerak langkah untuk menghambakan diri di hadapan-Nya. Menghamb… Read More

0 komentar: