Hampir tiga tahun ngangsuh kaweruh di kampus yang dulunya
bernama IKIP Surabaya ini, ternyata saya baru menyadari bila ada ‘surga’ di
dalamnya.
Judul diatas bukanlah sekuel
kedua film, “Tanah Surga Katanya”. Hanyalah catatan pengingat diri, sekedar
menuliskan pengalaman yang baru teralami. Perjumpaan dengan ‘surga’, yang bukan
dalam arti harfiah yang sebenarnya.
**
Hari Kamis lalu, seolah menjadi
hari yang menentukan masa depan pendidikan kami. Ya, Kamis (14/3) merupakan
jadwal pengumpulan berkas PPL 1 khusus untuk Jurusan Pendidikan Olahraga, FIK-Unesa.
Hari itu kami mengumpulkan bermacam persyaratan yang harus kami sertakan dan serahkan
ke UPT P-4 kampus Ketintang. Macetnya jalan kembar Wiyung karena belum rampung,
tak menghalangi kami ‘bermigrasi’ dari Lidah Wetan hingga ke Ketintang. Dengan
terbatasinya waktu (08.00-14.00), kami harus bergegas, karena akan ada
matakuliah seminar pada jam satu siangnya. Namun, alhamdulillah, kesigapan dan
lobi-an maut PK kami, Tito Sujarwo, memberikan dampak luar biasa: Seminar
tertunda pekan depan (good job!).
Hipotesa awal kami yang menyangka
akan ada antrian mengular dan memakan waktu yang tak sebentar, ternyata
terbantahkan. Datang setelah Adzan Dhuhur berkumandang, ternyata tak banyak
mahasiswa yang terlihat bergerombol di Gedung B1 siang itu. Setelah mengisi
daftar absensi, meletakkan berkas di meja petugas, maka tak sampai lima
menitan, kami pun bergiliran melihat Bapak-Bapak karyawan UPT P-4 mengecek
kelengkapan berkas-berkas persyaratan kami untuk PPL 1. Alhamdulillah lancar
jaya..
Setelah salat Dhuhur berjamaah di
Masjid Baitul Makmur 1, Imam Hanafi memberikan usulnya. Dia memberikan ide
brillian: mengunjungi Perpustakaan! Sebuah kesempatan langka bagi mahasiswa Lidah
yang menghabiskan hari-hari akademiknya bukan di kampus Ketintang. Dan menjadi
hal yang tak biasa lagi, karena stigmatisasi ‘mahasiswa olahraga’ yang harusnya
lekat dengan lapangan, dan jauh dari perbukuan. Tapi, kami ingin menjadi yang ‘tak
biasa’. Seperti mimpi mantan Ketua Jurusan kami, Dr. Ali Maksum, agar kita tak
heran melihat mahasiswa olahraga menenteng buku di tangannya. Mimpi yang
sungguh mulia..
Gedung Perpustakaan Pusat Unesa berdiri
di sebuah bangunan bertingkat dua. Di lantai dasar, kami melihat ada banyak
poster film yang dipajang, ternyata di lantai dasar gedung yang telah lama
menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) itu, juga terdapat home theatre yang akan memutar film-film berbeda tiap hari Senin
dan Kamis pukul 09.00 dan 12.00. Selain home
theatre yang kali pertama terakhir saya kunjungi saat masa-masa awal
menjadi Maba dulu, di lantai dasar ini juga ada ruang bimbingan di sebelah utara
dan ruang Jurnal online yang berada di garda terdepan, bersanding dengan loket
dan ruang kepala Perpustakaan..
“Trus, ‘surganya’ dimanaa..??”
Tenang..
‘Surga’ yang saya maksud ada di lantai dua. Di
tempat inilah berkumpul ragam bacaan yang ‘memanjakan’ mata dan pikiran. Didalam
rak-rak yang terpajang rapi dan teratur inilah, terpercik alam pengetahuan. Dan
didalam Jurnal Ilmiah, skripsi, buku, majalah, buletin, maupun tabloid inilah beraneka
ilmu terbingkai. Ruang perpustakaan yang luasnya bisa sampai tiga sampai empat
kali ruang perpustakaan Jurusan kami. Lihatlah ramah-tamah petugas perpustakaan
dengan senyumnya yang selalu memancarkan keikhlasan. Dan rasakan berpetualang
menjelajah ilmu pengetahuan diiringi sejuknya pendingin udara dalam ruangan.
Selami penjelajahan rasa keingintahuan dengan
senang hati. Inilah ‘surga’ (fasilitas) yang dijanjikan pada tiap mahasiswa
itu. Dan semoga saya tak berlebihan menyebutnya dengan istilah ‘surga’. Meski
untuk masuknya tak cuma-cuma*..
Photo by Instagram |
0 komentar:
Post a Comment