Perawakannya biasa, tanpa jubah, tak berjenggot panjang
pula. Tapi, kiprahnya tak kalah dengan para “pasukan jubah putih”. Jika mereka
(para pasukan jubah putih) berkoar atas nama Tuhan, membawa “pentungan”, mengobrak-abrik
lahan kemaksiatan. Apa yang dilakukan M. Arif’an (41) berbeda 180’. Dalam
berdakwah dia tak sekadar “bersenjata golok”.
Baginya dakwah adalah jalan kebenaran yang harus ditempuh
dengan cara yang terbaik. “Dakwah itu mengajak dan merangkul, bukan
menakut-nakuti lantas membuat lari,” tambah pria yang menjadi ketua PCM
Krembangan itu.
Ketika hadir dalam Pelatihan Ideopolitor di Graha Umsida,
Sabtu-Ahad (25-26/4), pria yang menamatkan gelar sarjananya di Unmuh Surabaya
itu menggambarkan lika-likunya dalam dakwah lokalisasi. “Saya tinggal di
lingkungan prostitusi, jadi saya tahu betapa kelamnya para wanita yang
menggantungkan hidupnya pada “lembah hitam” tersebut,”tukasnya.
Tekad dan keinginannya yang kuat, tak lantas menjadikan
jalan dakwahnya lurus tak berpenghalang. Pernah suatu hari dia diprotes ibu-ibu
Aisyiyah karena para bapak diajak bertabligh di wisma-wisma. Namun, beragam
penolakan yang datang dari Ibu-ibu ‘Aisyiyah maupun dari warga Muhammadiyah
sendiri tak menyurutkan tekadnya untuk tetap melanjutkan gagasan besarnya
tersebut. “Karena dakwah sesungguhnya tak berhenti pada masjid, musala, atau
tempat-tempat “nyaman” lainnya,”imbuh Bapak dua anak itu menambahkan.
Tekadnya semakin membulat ketika dirinya terpilih menjadi
ketua pada Musycam PCM Krembangan. Sebagai pimpinan persyarikatan pada taraf
cabang, dia tak segan mengganti para pimpinan ranting yang jarang berjamaah di
masjid dan musala. “Ketika kita dipilih menjadi pimpinan, apalagi dalam
organisasi besar seperti Muhammadiyah, maka pada saat itu kita menjadi teladan
bagi masyarakat,”ungkapnya. Dia menambahkan sebagai pimpinan persyarikatan
dalam apapun kapasitasnya, setidaknya punya kriteria 4-er, pinter, bener, kober, dan . “Pimpinan Muhammadiyah ibaratnya
bekerja pada perusahaan Allah. Jangan pernah jadikan sampingan, harus
sungguh-sungguh mengelolanya,”lanjutnya dengan nada serius.
Perjuangannya setidaknya membuahkan hasil, ketika banyak
perusahaan yang menyalurkan dana CSR-nya pada PCM Krembangan. Beberapa
perusahaan itu bahkan tak segan memberikan berapapun dana yang diminta untuk
bisa memberdayakan para pekerja PSK agar mandiri dan mentas dari “lembah hitam”.
Namun, bukannya tanpa halangan perjuangan yang dirintisnya.
Banyak ancaman dan teror datang, terutama dari para preman yang tidak ingin
“lahan basahnya” berpindah atau menghilang. “Saya pernah dikalungi (lehernya dilingkari) pedang oleh salah seorang preman.
Beberapa saudara juga lari menjauh dari saya karena merasa tidak
aman,”kenangnya. Namun, pada akhirnya, ketika seseorang menolong agama Allah,
maka Allah akan menolongnya. Dukungan yang diterimanya pun semakin banyak, hal
itu terlihat ketika PDM dan Aisyiyah lambat laun menyambut gagasannya. Walikota
Tri Rismaharini pun turut membantu ketika lokalisasi yang berada di Dupak
Bangunsari dan Kremil itu dicanangkan untuk ditutup.
Para peserta tampak tak beranjak sedikitpun dari tempat
duduk, antusiasme berlanjut ketika pada sesi tanya jawab, para peserta ingin
tahu bagaimana kiat perjuangannya Rif’an dalam mengembangkan cabang dan ranting
lebih lanjut. Pada akhir sesi, narasumber bahkan “ditahan” oleh para peserta
karena rasa ingin tahunya yang masih tinggi.
Pelatihan ideopolitor diselenggarakan Majelis Pendidikan
Kader (MPK) PDM Sidoarjo, yang bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Cabang
dan Ranting (LPCR), turut juga mengundang perwakilan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah (PCM) se-Kabupaten Sidoarjo. Selain memberikan penguatan akan
pentingnya ideologi Muhammadiyah dalam gerakan dan organisasi, panitia yang
didominasi para Pemuda Muhammadiyah Daerah Sidoarjo itu juga menghadirkan ketua
fraksi PAN Kabupaten, yang memberikan wacana perpolitikan di kota delta.
Sehari sebelumnya acara tersebut dibuka ketua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Ustadz Dzul Himam, Lc. Pada
kesempatan yang sama ketua MPK dan kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo Drs.
Aunur Rofiq hadir saat sesi penguatan cabang dan ranting. Setelahnya rektor
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Drs. Hidayatulloh, M.Si., memberikan percik
inspirasi ideologi Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang melintas
zaman. Dalam ceramahnya, Pak Dayat mengingatkan bila setiap perubahan yang
dilakukan Muhammadiyah berkat para tokohnyayang berani mendobrak kemapanan.
Contoh misalnya KH. Ahmad Dahlan, dengan keberaniannya mengubah arah kiblat masjid
Agung Kauman yang sejak lama salah. Juga ada Pak AR Fachruddin, dengan kemampuan
komunikasinya yang baik pada Presiden saat itu, menjadikan Muhammadiyah lebih
besar dan berkembang. Selain itu ada Pak Amien Rais, sang lokomotif reformasi,
menggulingkan rezim yang sudah 32 tahun berdiri. Kini, ada Pak Din Syamsuddin
yang menabuh genderang jihad konstitusi.
Jangan pernah berhenti Mujahid-mujahid Muhammadiyah, jadikan
negeri ini tercerahkan oleh langkah dakwahmu..
Trawas-Jasem, 280415
Dalam Dekapan CintaNya
Dalam Dekapan CintaNya
SEMANGAT: Sebagian Peserta dan Panitia Mengabadikan Momen* foto: fesbuk Abi Nurbian |
0 komentar:
Post a Comment