5 August 2014

Wahai Guru, Jangan Berhenti atau Malu untuk Tetap Mengais Ilmu..

Syawal biasanya identik dengan semangat baru dalam memulai perjuangan. Spirit Ramadan yang masih melekat kuat, seolah jadi amunisi dalam menata niat dan memulai gerak langkah untuk menghambakan diri di hadapan-Nya. Menghambakan diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan tidak lain hanya untuk beribadah, ‘abdullah’.

Sebagai salah satu bentuk ibadah, mencari ilmu, baik untuk diri sendiri maupun untuk diamalkan kembali, yang notabene merupakan wujud perintah Allah untuk Nabi agar umatnya segera bergegas-semangat meraih kemuliaan ilmu, dari buaian hingga liang lahat!

"Al-'ilmun bila 'amalin, ka syajaratin bila tsamarin”, Ilmu tanpa amal, ibarat pohon yang tak berbuah. Demikianlah pepatah arab mengibaratkan, agar para pencari Ilmu tidak menyimpan ilmu yang dimilikinya hanya untuk dirinya sendiri, namun diamalkan agar daya manfaatnya dapat berguna bagi kemaslahatan banyak orang.

Meneladani pesan Nabi, “balighu anni walau ayah”, sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, seperti itulah kiranya landasan awal yang ditetapkan saat meburkan diri dalam kawah pendidikan. Menggarap ladang pendidikan sebagai lahan dakwah, yang menyeru dan mengajak pada sesuatu yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar, menuntun mereka dari ruang gelap menuju pada sebuah tempat yang lapang, luas dan terang.

Menjadi ‘mujahid-mujahid’ tarbiyah, mendidik generasi penerus dengan muatan keikhlasan plus niat hanya untuk mengharap ridha-Nya. Bukan dengan jalan kepasrahanlah kita mencari keridhaan Allah Ta'ala, namun, dengan kesungguhan niat, kerja keras, belajar tekun, dan pantang menyerah untuk menjadi profesional, baik dari kompetensi keilmuan atau integritas sikap dan tindakan.

Dari sedikit gambaran dari seorang ‘newbie’ yang sedang memulai perjuangan dalam dunia pendidikan. Beban-beban yang berada di pundak, seolah menjadi pacuan semangat yang pantang untuk dikendurkan. Teringat, ketika dulu masih di Graha Pena dan berakrab ria dengan istilah service exellent, maka dalam ranah praktis paedagogis,  makna tersebut seharusnya tak lekas pudar, namun harus lebih kuat menancap dalam bingkai integritas diri, moralitas sikap, dan profesionalitas kinerja dan mantapnya akidah. Karena hari ini kita sedang mendidik calon-calon generasi penerus bangsa. 

Wahai guru, jangan berhenti atau malu untuk tetap mengais ilmu..



Related Posts:

  • Kemelut di Gunung Kelud Alhamdulillah, ketika hamba masih diberikan kesehatan dan kesempatan oleh-Nya. Seperti hari ini, di luar rencana semestinya, dan diantara selingan padatnya jadwal yang tersedia, Allah masih memberikan kesempatan untuk dapat… Read More
  • Berproses Menjadi Cik Gu Hari ini menjadi catatan sejarah yang tak pernah terlupa dalam perjalanan karir menjadi seorang calon guru. Untuk pertama kalinya, saya menerima gaji pertama sebagai pengawas ulangan tengah semester (UTS) yang dilaksanakan … Read More
  • Salam Jumpa di Musasi “Perubahan akan memberikan dampak, baik berhasil ataupun tidak. Namun percayalah, itu lebih baik dari diam dan stagnan!” Pesan dari Kepala Sekolah, Bapak Aunur Rofiq, sungguh tak bisa membuat saya tenang. Ada yang mengga… Read More
  • Dlundung, Mendung, dan Sinabung Tiga hari dua malam kemarin (31 Jan-2 Peb), saya bersama empat puluh peserta Pelatihan Tanggap Siaga Bencana berada di Bumi Perkemahan Dlundung, Trawas-Mojokerto. Kegiatan yang diinisiasi Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo itu di… Read More
  • Saat Guru Fakir Ilmu Hari keempat Ujian Kenaikan Kelas (UKK) SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, artinya juga sudah dua kali juga menjadi pengawas ruang kelas yang menjadi tempat ujian. Disaat yang sama, saya menemukan beberapa fakta, yang menuntut sa… Read More

0 komentar: