Syawal biasanya identik dengan semangat baru dalam memulai
perjuangan. Spirit Ramadan yang masih melekat kuat, seolah jadi amunisi dalam
menata niat dan memulai gerak langkah untuk menghambakan diri di hadapan-Nya.
Menghambakan diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan tidak lain hanya untuk
beribadah, ‘abdullah’.
Sebagai salah satu bentuk ibadah, mencari ilmu, baik untuk
diri sendiri maupun untuk diamalkan kembali, yang notabene merupakan wujud perintah
Allah untuk Nabi agar umatnya segera bergegas-semangat meraih
kemuliaan ilmu, dari buaian hingga liang lahat!
"Al-'ilmun bila 'amalin, ka syajaratin bila tsamarin”, Ilmu tanpa amal, ibarat pohon yang tak berbuah. Demikianlah pepatah arab mengibaratkan, agar para pencari Ilmu tidak menyimpan ilmu yang dimilikinya hanya untuk dirinya sendiri, namun diamalkan agar daya manfaatnya dapat berguna bagi kemaslahatan banyak orang.
"Al-'ilmun bila 'amalin, ka syajaratin bila tsamarin”, Ilmu tanpa amal, ibarat pohon yang tak berbuah. Demikianlah pepatah arab mengibaratkan, agar para pencari Ilmu tidak menyimpan ilmu yang dimilikinya hanya untuk dirinya sendiri, namun diamalkan agar daya manfaatnya dapat berguna bagi kemaslahatan banyak orang.
Meneladani pesan Nabi, “balighu anni walau ayah”,
sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, seperti itulah kiranya landasan awal yang ditetapkan saat meburkan diri dalam kawah pendidikan. Menggarap ladang pendidikan sebagai lahan dakwah, yang menyeru dan mengajak pada sesuatu yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar, menuntun mereka dari ruang gelap menuju
pada sebuah tempat yang lapang, luas dan terang.
Menjadi ‘mujahid-mujahid’ tarbiyah, mendidik generasi penerus dengan muatan keikhlasan plus niat hanya untuk mengharap ridha-Nya. Bukan dengan jalan kepasrahanlah kita mencari keridhaan Allah Ta'ala, namun, dengan kesungguhan niat, kerja keras, belajar tekun, dan pantang menyerah untuk menjadi profesional, baik dari kompetensi keilmuan atau integritas sikap dan tindakan.
Menjadi ‘mujahid-mujahid’ tarbiyah, mendidik generasi penerus dengan muatan keikhlasan plus niat hanya untuk mengharap ridha-Nya. Bukan dengan jalan kepasrahanlah kita mencari keridhaan Allah Ta'ala, namun, dengan kesungguhan niat, kerja keras, belajar tekun, dan pantang menyerah untuk menjadi profesional, baik dari kompetensi keilmuan atau integritas sikap dan tindakan.
Dari sedikit gambaran dari seorang ‘newbie’ yang sedang
memulai perjuangan dalam dunia pendidikan. Beban-beban yang berada di pundak,
seolah menjadi pacuan semangat yang pantang untuk dikendurkan. Teringat, ketika
dulu masih di Graha Pena dan berakrab ria dengan istilah service exellent, maka
dalam ranah praktis paedagogis, makna
tersebut seharusnya tak lekas pudar, namun harus lebih kuat menancap dalam
bingkai integritas diri, moralitas sikap, dan profesionalitas kinerja dan
mantapnya akidah. Karena hari ini kita sedang mendidik calon-calon generasi penerus
bangsa.
Wahai guru, jangan berhenti atau malu untuk tetap mengais ilmu..
Wahai guru, jangan berhenti atau malu untuk tetap mengais ilmu..
0 komentar:
Post a Comment