Bila kemudian Allah mentakdirkan kita bertemu dengan salah seorang penulis hebat, yang kita lebih banyak membaca karya-karyanya daripada melihat rupa dan penampilannya. Maka, ketika bertemu mereka, membeli karya mereka, dan mendapatkan limpahan ilmu dan pengalaman yang tak ternilai harganya, sebutlah segala sesuatu itu dengan anugerah :)
Gempa, satu kata yang membuat siapa pun akan membayangkan imajinasi atau gambaran tentang getaran yang luar biasa. Guncangannya terkadang membuat apapun berhamburan keluar dan lari tunggang-langgang mencari keselamatan. Namun, sore itu sebuah "gempa" yang melanda rumah di jalan Bengawan nomor 2A malah membuat orang-orang yang berada di dalamnya merasa semangatnya menyala-nyala. Lho koq?
Ya, dialah Gerakan Gempa Literasi. Kegiatan yang dibarengi Tur Anyer-Panarukan untuk menggaungkan dan menggetarkan semangat gerakan membaca dan menulis itu sampai juga di Surabaya. Adalah Gol A Gong, penulis novel fenomenal Balada Si Roy tersebut berbagi inspirasi dan pengalamannya. Traveler yang sekaligus penggagas Rumah Dunia itu juga sharing beragam catatan-catatan yang berkaitan dengan dunia literasi (baca-tulis).
Tak kurang puluhan peserta hadir dalam kegiatan yang digagas Forum Aktif Menulis (FAM) dan Bina Qolam Indonesia (BQI) itu. Mereka yang datang pun tak hanya dari kalangan pegiat literasi, namun banyak juga para siswa, mahasiswa, guru, serta para wartawan majalah yang tak menyia-nyiakan kesempatan langka berjumpa penulis dengan karya 90 buku tersebut.
Dalam even yang bertajuk "90 Menit Bersama Gol A Gong", para peserta disuguhi beberapa trik agar dapat menjadi penulis hebat. Salah satu tips yang diberikan Mas Gong, sapaan akrabnya, yaitu jangan pernah malas membaca. Mengapa? Pertama, sebagai umat muslim seharusnya kita menjadi umat pertama yang tidak pernah lepas dari membaca. Sebab, ayat Al Quran yang pertama kali turun adalah "IQRA'!", bacalah! Maka sungguh naif, bila negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini peringkatnya terperosok jauh kedasar, kalah dengan negara-negara yang mayoritas berpenduduk non-muslim.
Selain itu, menurut Mas Gong, dengan membaca maka kita akan menyediakan nutrisi bagi otak. Karena sehari-harinya, kita kebanyakan hanya menyediakan konsumsi untuk bagian tubuh bagian bawah mulai dari leher sampai perut.Melupakan leher ke atas (otak-pen). "Karena sesungguhnya aktivitas menulis tak lain merupakan kegiatan membaca dua kali", tambahnya.
Selain banyak membaca, mantan juara bulutangkis khusus difabel se-Asia Pasifik tersebut juga menambahkan dua kiat lain; membeli buku dari penulisnya sebagai bentuk menghargai karya penulis; serta berinteraksi dan bertatap muka, mulai dari meminta nasehat hingga berfoto bersama.
Sebagai penulis yang telah banyak menelurkan karya (60 karyanya berupa novel), Mas Gong terlihat begitu bersahaja. Datang dengan memakai alas kaki berupa sandal jepit dan ketika bercerita lebih memilih untuk berdiri (karena sudah lebih dari 28 jam duduk di kursi mobil katanya, hehe..). Serta menihilkan pengeras suara (konon bersebab ingin memaksimalkan panca indera), berbanding terbalik dengan aktivitasnya yang sungguh luar biasa.
Saat berbagi inspirasi, suami Tias Tatanka tersebut memperlihatkan ragam kegiatan yang dilakukan sebelum sampai ke Bina Qolam hingga seabrek kesibukannya di Rrumah Dunia. Salah satu yang menginspirasi adalah proses mengawali masyarakat Banten untuk diajak datang ke Rumah Dunia. Meskipun sudah diberi label gratis dan bahkan ada embel-embel uang saku-pun tak mempan. Sampai akhirnya dapat mengajak para penjual gorengan, abang tukang becak, hingga penjual bakso untuk menciptakan puisi. Tentu puisi yang dibuat juga berkaitan dengan profesi yang mereka jalani.
Well, hadir dalam forum tersebut seolah membuka cakrawala pemikiran serta memberikan cahaya pencerahan baru bagi saya. Alhamdulillah..
(bersambung edisi selanjutnya ya.^^,)
4 komentar:
:) nice posting
Terimakasih sudah mau mampir di blog yang sederhana ini :)
bertemu dengan penulis, membuat kita terpacu untuk menulis. ayo Pak Darul, semangat menulis untuk menghasilkan karya ....
Subhanallah, suntikan motivasi dari seorang guru multitalent seperti Pak Edi serasa diguyur es di siang hari *seger :). Terimakasih Pak Edi, mohon doanya, kita berfastabiqul khairats dalam berkarya :)
Post a Comment