15 November 2014

Dunia Tanpa "A"




Apa jadinya bila dunia tanpa agama (Islam)? Tanpa ada orang-orang yang mengajak pada kebenaran dan mencegah pada yang munkar?

Kita pun tak akan pernah mendengar lantunan suara adzan di masjid dan langgar. Telinga kita juga akan asing dengan lantunan tarhim dan bacaan Al-Quran sebelum seruan kemenangan diperdengungkan.

Indahkah dunia tanpa agama, atau malah menyeramkan dan penuh dengan kebusukan?

Mereka yang tak menginginkan agama hidup bebas di dunia, mengajukan dalil: bila kebanyakan perang yang terjadi, mayoritas mengatasnamakan agama, benarkah? Atas nama agama banyak dari mereka yang mencederai hak asasi manusia, sungguh?

Lihat disana, ketika mereka yang menyebut diri mereka beragama, menyerbu dan membakar musala hanya karena beda pemahaman? Tengok juga yang sedang terusir dari tanah kelahiran mereka, benarkah dengan cara pengusiran ini mereka akan tersadar dengan klaim kebenaran sepihak, atau mereka akan menanamkan keyakinan yang begitu kuat pada anak-anak mereka tentang kejahatan yang dilakukan kita pada mereka?

Kita tak pernah memahami hal itu, Karena bagi kita, agama hanya ada dan hadir di shaf-shaf masjid, langgar, dan musala. Agama hanya sebatas kita kenakan ketika hari raya dan bermaaf-maafan pada keluarga dan sanak saudara. Agama hanya sebatas kita jadikan simbol yang hanya berlaku saat kita memakai baju koko, kopiah, atau mukena.

Kita belum sampai pada tataran bila agama itu memberi manfaat kebaikan bagi sesama. Kita belum membaca perjuangan para pendiri bangsa mencitrakan agama kita dengan penuh moderat dan anggun Dan kita masih harus banyak belajar, beberapa kesalahan masa lalu, keruntuhan kejayaan agama kita, salah satunya karena kita tak pernah menghargai perbedaan dan memaksakan kehendak yang kita punya dengan semaunya.

Kita masih belum menjadi golongan ulil albab, yang termasuk dari mereka yang mengingat penciptaan Allah baik ketika berdiri, duduk, maupun akan terbaring, Kita masih disibukkan dengan keduniaan dan kefanaan. Dan kita lupa untuk bertasbih padaNya. Memuji dan mengagungkan namaNya di setiap sendi dan nafas kehidupan. Bukan yang muncul di saat-saat tertentu.

"Mustahil Islam akan hilang di dunia, tapi Islam bisa punah di Indonesia"

Masih belum percaya? Mari kita berkaca pada Andalusia!

*foto Alhambra http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/02168/alhambra3_2168406b.jpg

Related Posts:

  • Bukan Nekat, tapi Semangat! Namanya mengingatkanku pada salah satu dari empat Imam Madzhab. Dialah Imam Hanafi, kawan seperjuangan di kawah candradimuka kampus FIK Unesa. Meski lahir dan besar bukan di kota Pahlawan, tapi semangat dan kegigihannya seol… Read More
  • Ada Apa Dengan Wisuda? Apa yang  menjadi kekhawatiran ketika kuliah sudah kelar? Apa yang paling menjadi ganjalan dalam meniti karir lanjutan? Apa yang menjadi tantangan tatkala keinginan 'menyegerakan' sudah datang? … Dari per… Read More
  • Ujian Nasional itu.. Adikku, jangan kau anggap beban kertas ujian yang ringan itu. Anggaplah beratnya setara dengan kapas yang terbang apabila tertiup angin. Bukankah menu latihan soal sudah kau lahap tiap hari dalam beberapa bulan ini..? Tentun… Read More
  • Oktober Bisa! Kalah adalah hal yang biasa dalam olahraga. Jika tak menang, maka hasilnya adalah imbang atau menelan kekalahan. Para pemain, pelatih, stakeholder, dan pada mereka yang mengaku mencintai olahraga akan sangat mahfum dengan m… Read More
  • Pilpres: Pilih-pilih Preseden* Pilpres 9 Juli 2014, Pagi hari, semangat itu masih meninggi. Ba’da sahur dan salat subuh yang kemudian dirangkai dengan tadabbur Quran surat An-Nahl ayat 123-124 di Nurul Azhar. Ustadz Eko menjelaskan ayat per ayat yang … Read More

0 komentar: