Sudah menjadi hal yang umum di masyarakat kita, olahraga sepakbola adalah olahraga yang menjadi primadona. Dengan berbekal lapangan sepetak, beralas semen, paving atau lumpur pun tak jadi masalah. Rumput hijau nan empuk menjadi barang mewah. Tak salah sepak bola digeluti semua kalangan mulai anak-anak SD, sampai mereka yang menjadi ketua RT atau RW. Mereka adalah laskar GiBol (Gila Bola).
Sayangnya, saat kita menyukai sepak bola, kita pun sudah mulai menutup mata dengan olahraga-olahraga yang berkembang disekitar masyarakat kita. Seolah-olah sepak bola adalah satu-satunya olahraga yang dapat menaikkan derajat bangsa. Padahal kalau mau obyektif, untuk mendapatkan satu keping emas SEA Games pada cabor sepak bola, timnas kebanggaan kita harus berjuang mulai babak penyisihan grup, semifinal, sebelum akhirnya sampai pada partai puncak. Yang menyedihkan adalah, ketika pada partai final, kita harus kalah tragis dalam partai adu penalti, sangat sayang sekali bukan. Namun, itulah pertandingan, pasti ada yang kalah dan menang.
Olahraga basket, seperti halnya dengan olahraga-olahraga 'impor' lain (sebutan para mahasiswa-pen) semacam
softball dsb, menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa pendidikan
olahraga (penor) yang dituntut agar mempunyai kompetensi yang unggul,
yang tidak hanya dalam konteks teori, namun sekaligus juga dalam tataran
praktek.
Karena sedari kecil hingga dewasa sekarang, olahraga yang digeluti terbatas hanya sepakbola, maka mau tak mau, belajar basket harus mulai dari awal alias nol, dan startnya pun dimulai dari perkuliahan.
Namun, angin segar masih bisa dirasakan para mahasiswa jurusan pendidikan olahraga Unesa, niat belajar basket pada matakuliah bola basket dasar, disambut dengan hadirnya 3 Dosen yang berpengalaman, dan dapat dikatakan sebagai pakarnya basket (Jawa Timur). Bukannya sok membangga-banggakan, namun, itulah yang kami rasakan selama mengikuti perkuliahan bola basket dasar (BBD). Trio pengajar mata kuliah BBD adalah orang-oarang yang sudah asam garam menyelami perbasketan nasional.
Dimulai dari Pak Soedarso, beliau adalah mantan pelatih tim basket putri PON. Dosen serba bisa yang sekarang menjabat sebagai Pembantu Dekan 3 (PD 3) Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa itu sudah malang melintang di dunia perbasketan nasional. Gaya mengajarnya yang segar, dan ceplas-ceplos membuat Bapak yang satu ini menjadi dekat dengan para mahasiswanya.
Yang kedua adalah Abdurrahman Syam Tuasikal, atau para mahasiswa FIK biasa memanggilnya Pak Rahman. Dosen yang barusan naik haji ini, dikenal mempunyai kepribadian yang ramah, terbuka, dan care terhadap semua mahasiswa. Sering Bapak yang sudah pernah menjabat sebagai Dekan FIK ini mengerjai para mahasiswa-mahasiswa yang usil. Pengalamannya yang segudang diblantika pendidikan dan perbasketan nasional, menjadikan Bapak kita satu mempunyai daya 'sensitifitas' tinggi terhadap mahasiswa. Tidak jarang, beliau dapat membaca karakter mahasiswa yang diajarnya pada saat kuliah perbasketan berlangsung.
Yang terakhir adalah Dwi Cahyo Kartiko, atau Pak Cahyo, alias Pak 'DCK' (merujuk pada alamat emailnya yang menggunakan domain tiga kata-pen). Dosen yang dikenal memahasiswa ini adalah salah seorang wasit basket yang sudah malang melintang di kawasan nasional sampai internasional. Even-even bola basket semacam NBL, Libama dsb, sudah menjadi langganan pasti untuk menjadi pengadil pertandingan pada kompetisi tersebut. Dosen yang mempunyai pembawaan santai namun serius ini, selalu dirindukan para mahasiswa ketika perkuliahan akan dimulai. Selain mengampu mata kuliah BBD, beliau juga menjadi pengajar pada mata kuliah Biomekanik, mata kuliah yang sering membingungkan mahasiswa FIK, namun ditangan beliau mata kuliah ini menjadi salah satu favorit. Hal itu tak terlepas dari pembawaan beliau yang memahasiswa, menganggap para mahasiswa adalah partner yang bisa diajak kerjasama untuk menyelesaikan sebuah masalah. Kesibukannya yang luar biasa, tak menyurutkan beliau untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Selain menjadi dosen FIK dan wasit basket nasional, saat ini beliau juga sedang menempuh kuliah S-3 di Unesa. Salah satu mottonya: "Jika kita tidak mampu membantu orang lain, jangan sampai kita mempersulit orang lain.."
Saluut..Jempol 3 buat para Dosen FIK..!
Darul@MitraNet-LidahwetanSby
2 komentar:
Uaapiik mas
Semoga bisa istiqomah dulur..
Post a Comment