Ya, realitasnya memang demikian. Kalo dulu saya mengkambinghitamkan akses teknologi sebagai hambatan diri untuk bisa sekedar menorehkan tinta di blog, maka kali ini alasan klasik tersebut mesti tersingkir minggir.
keyboard dan blog-foto inneraction.com |
Saat mencari aplikasi blogspot di Playstore, ternyata saya menemukannya. Saya pun mengunduh aplikasi yang berlambang huruf B dengan latar warna oranye tersebut secara gratis. Melihat tampilan muka yang sederhana khas Google, membuat siapapun tertarik ingin mengetahuinya lebih jauh.
Kini saya merasakan betapa mudahnya menulis di blog. Saat menunggu pesanan nasi pecel pun bisa saya gunakan untuk menulis postingan. Dan yang paling penting, untuk sekedar menulis tak harus online. Aplikasi blogspot bisa digunakan offline pada saat kita menulis.
Saya membayangkan dua tahun lalu ketika akses teknologi menjadi penghambat utama dalam berblogging ria. Ketika itu saya harus pergi ke warnet terdekat untuk menuangkan uneg-uneg yg ada di kepala dan memulai perjuangan menuliskan sesuatu di blog.
Sederhana saja saat ditanya alasan mengapa saya memilih aktivitas menulis di blog sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari. Menulis kata Fauzil Adhim merupakan terapi jiwa. Dengan menulis kita tak sekedar dapat menuangkan gagasan dan ide dalam bentuk tertulis. Lebih dari itu, dengan menulis kita dapat mengkonstruksi pikiran. Menulislah dalam segala suasana hati.
Lihatlah Pipiet Senja contohnya. Beliau dengan penuh ketekunan menuliskan apa yang dialaminya. Tak peduli dengan kondisi sehat ataupun sakit, beliau tetap menulis. Representasi yang saya anggap sesuai bila ditanya perihal motivasi menulis :)
Walaupun kadang menurut Pak Romi Satrio Wahono, menulis di blog sebagai upaya 'pembandringan diri' atawa bahasa kerennya personal branding..
Dan sampai sekarang saya masih penasaran dengan menulis..
0 komentar:
Post a Comment