JUARA 2
LOMBA JURNALISTIK SE-FIK Unesa 2011
Berkat penampilannya yang impresif selama pagelaran Piala
AFF 2010, nama Irfan Bachdim kian dielu-elukan pecinta bola tanah air. Ya, pemain
bernomor punggung 10 itu siap memberikan penampilan terbaiknya kembali
untuk memperkuat Timnas Garuda pada
ajang SEA Games XXVI/2011 di Jakarta, November mendatang. Namun, dibalik kesohoran
namanya sekarang, siapa sebenarnya Irfan Bachdim? Apa motivasi pemain blasteran
Indonesia-Belanda itu untuk berkostum Timnas Garuda?
I
|
rfan Haarys Bachdim, pemain
muda Timnas Indonesia kelahiran Amsterdam 22 tahun yang lalu itu, sebelumnya
hanyalah seorang pemuda biasa yang sejak kecil mencintai sepak bola. Anak ketiga
dari empat bersaudara pasangan Noval dan Hester Bachdim tersebut belasan tahun menimba ilmu sepak bola di Negeri
kincir angin, Belanda. Sejak kecil,
Irfan, sapaan akrabnya, memang dibesarkan di Negara kekuasaan ratu
Beatrix tersebut. Pada 1999 saat usianya
masih sangat belia, 11 tahun, Irfan Bachdim sudah mencicipi atmosfer salah satu
liga terbaik di Eropa, Eredivise, (kasta
tertinggi dari Liga Belanda) junior.
Meski pada saat itu ia bergabung dengan tim level dua Ajax Amsterdam Junior, namun
pengalamannya bermain pada kompetisi Eropa membentuk skill dan visinya dalam
mengolah si kulit bundar. Praktis, selama 3 tahun membela klub andalan kota Amsterdam
itu, memberikan pengalaman berharga dan membentuk dasar cara bermain bola yang
baik baginya.
Keinginan pemain yang mengidolakan Ricardo Kaka-punggawa
timnas Brasil- itu untuk mempertajam skill mengolah si kulit bundar membawanya
untuk hijrah dari kota Amsterdam. Tahun 2002, mengantarnya merumput
di salah satu klub Liga Amatir Belanda, SV Argon. Saat membela SV Argon itulah bakat dan talenta Irfan Bachdim mulai terlihat.
Tak butuh waktu lama bagi Irfan untuk beradaptasi dan meningkatkan skillnya. Pada
tahun perdananya bersama klub barunya itu, pemain bertinggi badan 172 cm tersebut
memperoleh gelar top scorer (pencetak gol terbanyak) Liga Amatir Belanda U-15
dan masuk kategori Top Five Best Player (lima
besar pemain terbaik). Berkat torehan gelar yang diraihnya, Irfan Bachdim menjadi incaran banyak klub-klub
Liga Belanda. Tahun 2003, ia pun berlabuh ke markas FC Utrecht Junior. Di klub barunya yang berlaga
pada kompetisi Eredevise Junior itu, pemain yang berulang tahun setiap
tanggal 11 Agustus tersebut memulai debutnya kembali di pentas Liga Profesional
Belanda. Tim kesebelasan yang ber-home base di kota
Utrecht itu,
merupakan tim terlama yang ia bela selama menjadi pemain profesional. Dan
memasuki musim 2008, saat usianya baru
beranjak 20 tahun, ia sudah berhasil merangsek masuk ke jajaran tim FC Utrecht
senior. Sebuah kemajuan yang bisa dikatakan luar biasa, mengingat banyaknya
pemain dari berbagai negara yang bersaing untuk masuk level senior. FC Utrecht
sendiri bersaing dengan ketat di kasta tertinggi kompetisi Liga Belanda, Eredivise. Setahun kemudian, tepatnya
pada musim 2009, Irfan Bachdim hijrah ke klub HFC Harleem di kompetisi yang
sama.
Hijrah ke Indonesia
Berangkat dari
motivasi sang kakek, Ali Bachdim, agar pemain yang mempunyai spesialisasi kaki
kiri tersebut menimba pengalaman bermain bola di luar Belanda. Maka Irfan pun memilih
Indonesia.
Faktor keturunan dan kedekatan emosional adalah salah satu sebab ia menjatuhkan pilihan pada negara asal
kakeknya itu. Awal 2010 ia pun hijrah ke Indonesia. Dua klub yang
berkompetisi di Liga Indonesia
kala itu, Persija Jakarta dan Persib Bandung menjadi tujuannya. Namun sayang, kenyataan
pahit harus diterimanya. Benny Dollo dan
Jaya Hartono, dua pelatih yang membesut Persija Jakarta
dan Persib Bandung kala itu lebih
memilih pemain seleksi lain. Mau tak mau Irfan pun harus angkat koper lebih
awal dan kembali ke Belanda, negeri kelahiran ibundanya, Hester van Dijic.
Mentalitas kuat dan pantang menyerah yang dimiliki Irfan,
membuat ia semakin semangat dalam memperbaiki kekurangannya. Pasca penolakan
dari Persib dan Persija, ia semakin intensif dalam mengolah skill dan visinya
dalam bermain bola. Dan seolah menjadi kado spesial pada ulang tahunnya yang
ke-21 pada Agustus 2010 , dia diundang pada Charity
Game (pertandingan amal) yang diselenggarakan di Surabaya
dan Malang.
Irfan tak datang sendirian, ia bersama beberapa pemain keturunan Indonesia
lainnya yang tersebar di beberapa klub Liga Belanda dan belahan Eropa lainnya.
Salah satunya adalah Kim Jeffrey Kurniawan, yang tak lain adalah adik dari kekasihnya,
Jennifer Kurniawan.
Seakan ingin menunjukkan
kemampuannya, aksi Irfan Bachdim pada laga Charity Game tersebut sangat impresif. Banyak yang terpikat oleh
aksi menawan yang diperlihatkan olehnya. Salah satunya adalah Timo Scheuman.
Pelatih Persema Malang.
Ia pun secara langsung memuji penampilan Irfan yang menurutnya mempunyai skill
diatas rata-rata pemain Indonesia.
Timo pun mengungkapkan ketertarikannnya pada Irfan Bachdim karena dia dapat
beroperasi di segala posisi serta memiliki umpan dan tendangan yang akurat.
Gayung pun bersambut , Irfan pun bergabung dengan Persema untuk kali pertama
meski dengan nominal kontrak yang relatif kecil. Namun, hal itu bukan menjadi
persoalan besar baginya. Karena
Ia sudah melewati satu anak
tangga. Jalan pun lebih terbuka baginya untuk berkostum Timnas Garuda.
Menuju Timnas Impian
Bersama klub barunya Persema Malang, Irfan
Bachdim menunjukkan performa terbaiknya.
Penampilan yang impresif disertai skill mengolah si kulit bundar yang mumpuni membuat pelatih kepala Timnas Merah
Putih, Alfred Riedl memanggilnya untuk bergabung di Tim Nasional. Aksi Irfan
Bachdim yang ciamik pun terus
berlanjut. Tatkala ia membela Timnas berlaga pada piala AFF 2010 di Jakarta. Ia
berhasil menyumbang 3 gol selama perhelatan kejuaraan sepak bola se-ASEAN
tersebut, meski pada laga Final harus takluk dari Malaysia. Berkat aksi menawan Irfan
Bachdim selama perhelatan Piala AFF 2010, membuat banyak pendukung Timnas
mengidolakannya. Ia pun seolah menjadi selebriti baru di Timnas Garuda.
Berbagai surat
kabar dan situs jejaring sosial menempatkan namanya dalam daftar trending topic.
Namun
hal tersebut tak berselang lama. Persema Malang, klub Indonesia pertama yang mengontraknya, memilih
untuk keluar dari kompetisi Indonesia Super League (ISL) untuk memilih berkompetisi
di Liga Primer Indonesia
(LPI). Bukan tanpa sebab klub yang dibela Irfan tersebut keluar dari ISL.
Selain karena sistem kompetisi yang sudah tidak sehat lagi, yang salah
satu indikasinya adalah karena banyak
terjadi pengaturan skor dan permafiaan wasit. Keluarnya klub yang dibela Irfan
Bachdim, Persema Malang,
dari pentas kompetisi ISL mendapatkan reaksi keras dari para penguasa PSSI. Termasuk
Nurdin Halid. Sebagai seorang pemegang tampuk kekuasaan tertinggi dari otoritas
organisasi sepak bola nasional, ia pun mengancam akan memberikan sanksi kepada
para pemain Timnas yang ikut berlaga di LPI, termasuk Irfan Bachdim. Sanksi
tersebut adalah pelarangan pemain yang bersangkutan untuk membela Timnas Merah Putih kembali. Aksi
pencekalan tersebut tetap tak menggoyahkan pendirian Irfan Bachdim. Ia tetap
patuh pada aturan kontrrak dengan klubnya, Persema Malang. Pendirian yang kuat
dari Irfan Bachdim tersebut memberikan konsekuensi pencoretan namanya dari
daftar pemain Timnas U-23 untuk proyeksi pra-Olimpiade.
Aksi
arogansi yang diperlihatkan PSSI tersebut
mendapatkan reaksi keras dari para pemerhati sepak bola nasional.
Banyaknya kecaman dan protes yang dilontarkan, tetap membuat PSSI bergeming.
Pihak PSSI tetap kekeuh pada
keputusannya. Kengototan PSSI tersebut membuat
Menpora, Andi Mallarangeng bereaksi keras, ia mengatakan, tidak boleh
ada diskriminasi dalam sepak bola, selama pemain tersebut masih menjadi Warga
Negara Indonesia (WNI) maka terbuka lebar jalan untuk membela Timnas.
Kebohongan
publik yang dilakukan PSSI dengan dalih berlindung di bawah statuta FIFA, pada
akhirnya sampai juga ke telinga pengurus federasi sepak bola seluruh dunia itu.
Akhirnya FIFA pun menunjuk Komite
Normalisasi (KN) untuk melengserkan Nurdin Halid dari kursi kekuasaan PSSI yang
sudah beberapa tahun didudukinya. Sampai pada akhirnya, komite yang dikepalai
oleh mantan ketua umum PSSI Agum Gumelar tersebut memberikan kebijakan baru.
Salah satunya adalah menggandeng LPI yang selama ini dianak tirikan oleh PSSI
dan dianggap sebagai liga kampungan alias tarkam. Kebijakan yang digulirkan
tersebut memberikan banyak dampak positif, salah satunya adalah mengakomodasi
para pemain yan dulu dibuang oleh PSSI. Mereka yang tetap memperkuat klubnya yang bergabung ke
LPI, Diberikan kesempatan untuk kembali bergabung, membela, dan berkostum
Timnas Merah Putih.
Dan
sekarang Irfan Bachdim beserta para talenta muda lain, kembali dipanggil untuk
mengikuti seleksi Timnas
proyeksi SEA
Games XXVI/ 2011. Banyak kalangan memprediksi, sinar Irfan Bachdim akan kembali
cemerlang saat membela Timnas seperti halnya saat memperkuat pasukan Garuda
berlaga di Piala AFF 2010 lalu.
(Darul Setiawan)
Biodata
Irfan Bachdim
Nama
: Irfan Haarys Bachdim
Lahir : Amsterdam, Belanda, 11 Agustus 1988
Tingggi : 172 cm
Posisi : Gelandang dan Penyerang
No.
Punggung : 10
KARIR KLUB
Ø 1999-2001 Ajax Amsterdam (Junior)
Ø 2002 SV
Argon
Ø 2003-2007 FC Utrecht
(Junior)
Ø 2008-2009 FC Utrecht
(Senior)
Ø 2009 HFC
Haarleem (Senior)
Ø 2010 Persema
Malang (Senior)
KARIR TIMNAS
Ø 2010 Timnas
Senior Indonesia
PRESTASI
Ø Top Score Liga Amatir Belanda U-15 2002
Ø Top Five Best Player 2002 Liga Amatir Belanda
TENTANG IRFAN
Pemain Favorit : Ricardo Kaka (Real
Madrid/Brasil)
Hobi : Main game
Makanan Kesukaan : Rawon
Orang Tua : Noval dan Hester Bachdim
Saudara : Fardy Bachdim, Nadia
Bachdim (kakak)
Nofri
Bachdim (adik)
Kakek : Ali Bachdim
0 komentar:
Post a Comment