5 November 2013

Kemana lagi Keteladanan Kucari?

Kemana keteladanan harus kucari? Di saat suri tauladan para pemimpin di negeri ini jauh panggang dari api?

Melangkahkan kaki ke kampus pun tiada berarti? Rebutan jabatan struktural, hingga dikotomi kelompok dan kepentingan seolah menjadi keabsahan pandangan.

Aku pun berlari ke televisi, berharap ada berkas cahaya menyinari. Sayang seribu sayang, tontonan nirkualitas dan membodohkan yang mendominasi. Parade ghibbah dan fitnah jadi sajian utama, korupsi para aparatur negara seolah tak ada habis-habisnya.

Melihatnya aku bosan, tombol power pun jadi sasaran. Kuambil surat kabar terkemuka diatas meja. Dan, lagi-lagi nafasku mendesah berat dan panjang.

Setali tiga uang dengan tabung kaca, aku belum menemukan sisi pencerah. Yang kuamati hanyalah para pemimpin negeri yang sibuk mencitrakan diri. Terkadang aku jadi heran, aqidah dengan mudahnya digadaikan. Walau kutahu, kinerja mereka luar biasa hebatnya.

Tapi lihatlah untuk urusan aqidah. Mereka-mereka luar biasa payahnya. Dengan ringan tangan mereka melakukan amalan yang tiada tuntunan. Berdalih popularitas dan kemajemukan, berbondong-bondong mereka berkumpul bersama melakukan amalan yang tak pernah dicontohkan.

Aku pun semakin dibuat bingung. Bangsa dan negara ini telah merdeka begitu lama, tapi mentalitas terjajahnya masih bersemayam dalam dada. Ada yang membanggakan perhargaan, tapi PR masih banyak berserakan. Ada yang menyuarakan kebenaran, tapi dibungkam dengan hawa nafsu dan kepentingan.

Rabbi, hanya kepadaMu kami kembali. Kubuka lemari dan kuambil buku besar yang kudapatkan beberapa tahun silam. Hanya dari buku yang berjudul Sirah Nabawi ingin kugali sebuah keteladanan. Alunan lagu Sajadah Panjang dari penyanyi aslinya pun kuputar. Terdengar jadul memang, tapi setidaknya, aku mendengar makna tersirat yang dalam.

* 1 Muharram di kampung halaman. Beberapa menit menjelang adzan maghrib.

Related Posts:

  • (Bukan) Kita Kumandang adzan maghrib baru saja terdengar sayup-sayup. Gerobak itu masih penuh tumpukan sampah. Anak kecil itu menangis meratap dan mengiba, entah apa yang dimintanya, mengharap sang Ibu berhenti mengangkuti sampah yang m… Read More
  • Pilpres: Pilih-pilih Preseden* Pilpres 9 Juli 2014, Pagi hari, semangat itu masih meninggi. Ba’da sahur dan salat subuh yang kemudian dirangkai dengan tadabbur Quran surat An-Nahl ayat 123-124 di Nurul Azhar. Ustadz Eko menjelaskan ayat per ayat yang … Read More
  • KisahMenolehlah ke belakang sejenak. Lihat dirimu beberapa waktu yang lalu. Adakah yang berubah? Yang tak hanya rupa, tapi juga tutur, tingkahlaku, kepribadian, hingga ilmu dan orientasi dalam memandang kehidupan. Adakah yang ber… Read More
  • GanjalanAda yang mengganjal ketika film itu diputar. Aku masih belum percaya bila film yang ber-budjet milyaran itu mengabaikan hal-hal mendasar. Entahlah, kekurangpahaman para pemerannya atau sutradaranya. Aku masih gamang bila fil… Read More
  • Perjuangan, Sebuah Kata yang Tak Berujung Porong, 12 April 2014 Sejak kapankah kita berjuang? Mulai beranjak dewasakah kita mengenal kata perjuangan ketika menemukan inspirasi dari para pedjoeang? Saat menjadi mahasiswakah kita mulai mengenyam bangku perjuangan d… Read More

0 komentar: