Namanya mengingatkanku pada salah satu dari empat Imam Madzhab. Dialah Imam Hanafi, kawan seperjuangan di kawah candradimuka kampus FIK Unesa. Meski lahir dan besar bukan di kota Pahlawan, tapi semangat dan kegigihannya seolah mengalahkan "musuh bebuyutan" LA Mania, Bonek!
Ya, kawan kita ini memang berasal dari kota yang terkenal dengan kuliner Soto, Nasi Boran, dan Wingkonya; Lamongan. Tapi, orat-oret kali ini bukan untuk membahas makanan khas dari salah satu kota di pesisir utara Pulau Jawa tersebut, namun "kesan" yg diberikannya tadi pagi seolah masih membekas hingga kini.
Ceritanya masih tentang PKCG, yang berakronim Pelatihan Kompetensi Calon Guru. Mendengar kata pelatihan, bayangan yang ada di benak kepala juga tak jauh-jauh dari sekitar seminar, motivasi, pelatihan, dsb. Termasuk dari kami, beberapa mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga, yang konon katanya "terpilih". Entah, kriteria pilihan tersebut dilihat dari apa, tahu-tahu beberapa nama sudah nongol di mading Jurusan.
Nah, salah satu yg tertarik dg PKCG tersebut, tak lain adalah Imam Hanafi. Sayang seribu sayang, namanya yang sudah mendunia itu tak tercantum di papan kecil sebuah majalah dinding Jurusan.
Tapi, tipikal orang-orang Lamongan yg tak pernah menyerah dengan keadaan menjadikan dirinya selalu mencari jalan agar dapat ikut PKCG. Dan ternyata, celah tersebut berada tepat di bawah namaku yang ada di kertas pengumuman itu.
Salah satu mahasiswa yg sudah lama DO, ternyata masih meninggalkan jejak namanya di kertas pengumuman tersebut. Entah, ada kesalahan entri data, atau yg lainnya, wallahu a'lam. Yang jelas, setelah melihat nama anak yang DO tersebut, senyumnya langsung mengembang. "Aku besok ikut!"Katanya pasti. Aku yg msih bingung hanya bisa menjawabnya dengan ragu, "Ok?!"
Dan akhirnya, sesuai jadwal yang tertempel di papan pengumuman, kami pun berangkat bersama dari kos-kosan Lidah. Jalanan Wiyung yang diprediksi macet Sabtu pagi itu ternyata benar-benar terjadi. Padahal, "jalur sutera"sebagai upaya menghindar jalanan yg padat sudah kami lalui, tetap saja ekor kemacetan ternyata masih berada di sekitar Tol Gunungsari hingga perempatan Wiyung. Alhasil, beberapa menit kami telat datang di lokasi tujuan.
Lebih bisa disebut Lab Komputer daripada Aula, ruang C8 FMIPA Unesa yg menjadi tempat PKCG. Bayangan kami tentang seminar seolah buyar, karena ternyata masing-masing peserta menghadap layar komputer di depannya. Pun demikian dengan pelatihan, karena kami setelah mengisi absensi harus menjawab 60 soal yg yg sudah terprogram. Aku pun duduk di sekat nomor 19, sesuai dengan urutan yang ada di kertas pengumuman yang tertempel di depan pintu, sebelum kami masuk ruangan tadi.
Kemana Imam? Eh, ternyata Imam msih melobi petugas yang ada di depan meja untuk dapat mengijinkannya ikut tes PKCG. Argumen dari Imam, salah satu nama yang tercantum di kertas tersebut, sudah DO pada semester dua, dan dia ingin menggantikannya.
Namun, petugas tersebut tetap bergeming dengan keputusannya. Beliau tak mau menanggung resiko memasukkan nama orang lain diluar daftar yang tercantum. Akhirnya, dengan raut muka menahan kecewa, dia hanya bisa mengucapkan terimakasih pada petugas tersebut dan pamit keluar ruangan. Aku yang duduk di sekat pojok hanya bisa menatapnya kasihan.
Soal-soal yang ada di depan layar, ternyata tak jauh beda dengan yang diujikan saat UAS atau UTS. Namun, ragam dan pilihannya yang berasal dari bebeapa matakuliah yang digabung satu, mengharuskan berlaku cermat sebelum menjawab. Dari beberapa soal yang sudah terjawab, sayup-sayup suara Imam terdengar berdiskusi dengan petugas tadi. Aku pun berharap, ada solusi untuknya yang sudah jauh-jauh datang ke Ketintang dengan seabrek semangat.
Selesai menjawab seluruh soal, aku mencoba keluar ruangan. Masih ada Imam duduk di kursi seorang diri. Kuhampiri dirinya dan kutanya, "Gimana?"
Ada secercah harapan yang tergambar di wajahnya. Dia bilang, petugas tadi langsung menelepon PD 1 (Pembantu Dekan 1-red) setelah mendapat penjelasan dari Imam, terkait data mahasiswa DO tadi. Selanjutnya, petugas tersebut memberikan kesempatan bagi Imam untuk mengikuti tes, setelah mendapat keterangan dan tandatangan (rekom) PD 1.
"Tapi, bsok ya..?"
"Ya, ga pa pa, Pak. Yang penting ikut tes!"Ujarnya optimis.
*repost from Facebook ^^ 61013
dinihari, dua jam sebelum adzan subuh berkumandang_
Ya, kawan kita ini memang berasal dari kota yang terkenal dengan kuliner Soto, Nasi Boran, dan Wingkonya; Lamongan. Tapi, orat-oret kali ini bukan untuk membahas makanan khas dari salah satu kota di pesisir utara Pulau Jawa tersebut, namun "kesan" yg diberikannya tadi pagi seolah masih membekas hingga kini.
Ceritanya masih tentang PKCG, yang berakronim Pelatihan Kompetensi Calon Guru. Mendengar kata pelatihan, bayangan yang ada di benak kepala juga tak jauh-jauh dari sekitar seminar, motivasi, pelatihan, dsb. Termasuk dari kami, beberapa mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga, yang konon katanya "terpilih". Entah, kriteria pilihan tersebut dilihat dari apa, tahu-tahu beberapa nama sudah nongol di mading Jurusan.
Nah, salah satu yg tertarik dg PKCG tersebut, tak lain adalah Imam Hanafi. Sayang seribu sayang, namanya yang sudah mendunia itu tak tercantum di papan kecil sebuah majalah dinding Jurusan.
Tapi, tipikal orang-orang Lamongan yg tak pernah menyerah dengan keadaan menjadikan dirinya selalu mencari jalan agar dapat ikut PKCG. Dan ternyata, celah tersebut berada tepat di bawah namaku yang ada di kertas pengumuman itu.
Salah satu mahasiswa yg sudah lama DO, ternyata masih meninggalkan jejak namanya di kertas pengumuman tersebut. Entah, ada kesalahan entri data, atau yg lainnya, wallahu a'lam. Yang jelas, setelah melihat nama anak yang DO tersebut, senyumnya langsung mengembang. "Aku besok ikut!"Katanya pasti. Aku yg msih bingung hanya bisa menjawabnya dengan ragu, "Ok?!"
Dan akhirnya, sesuai jadwal yang tertempel di papan pengumuman, kami pun berangkat bersama dari kos-kosan Lidah. Jalanan Wiyung yang diprediksi macet Sabtu pagi itu ternyata benar-benar terjadi. Padahal, "jalur sutera"sebagai upaya menghindar jalanan yg padat sudah kami lalui, tetap saja ekor kemacetan ternyata masih berada di sekitar Tol Gunungsari hingga perempatan Wiyung. Alhasil, beberapa menit kami telat datang di lokasi tujuan.
Lebih bisa disebut Lab Komputer daripada Aula, ruang C8 FMIPA Unesa yg menjadi tempat PKCG. Bayangan kami tentang seminar seolah buyar, karena ternyata masing-masing peserta menghadap layar komputer di depannya. Pun demikian dengan pelatihan, karena kami setelah mengisi absensi harus menjawab 60 soal yg yg sudah terprogram. Aku pun duduk di sekat nomor 19, sesuai dengan urutan yang ada di kertas pengumuman yang tertempel di depan pintu, sebelum kami masuk ruangan tadi.
Kemana Imam? Eh, ternyata Imam msih melobi petugas yang ada di depan meja untuk dapat mengijinkannya ikut tes PKCG. Argumen dari Imam, salah satu nama yang tercantum di kertas tersebut, sudah DO pada semester dua, dan dia ingin menggantikannya.
Namun, petugas tersebut tetap bergeming dengan keputusannya. Beliau tak mau menanggung resiko memasukkan nama orang lain diluar daftar yang tercantum. Akhirnya, dengan raut muka menahan kecewa, dia hanya bisa mengucapkan terimakasih pada petugas tersebut dan pamit keluar ruangan. Aku yang duduk di sekat pojok hanya bisa menatapnya kasihan.
Soal-soal yang ada di depan layar, ternyata tak jauh beda dengan yang diujikan saat UAS atau UTS. Namun, ragam dan pilihannya yang berasal dari bebeapa matakuliah yang digabung satu, mengharuskan berlaku cermat sebelum menjawab. Dari beberapa soal yang sudah terjawab, sayup-sayup suara Imam terdengar berdiskusi dengan petugas tadi. Aku pun berharap, ada solusi untuknya yang sudah jauh-jauh datang ke Ketintang dengan seabrek semangat.
Selesai menjawab seluruh soal, aku mencoba keluar ruangan. Masih ada Imam duduk di kursi seorang diri. Kuhampiri dirinya dan kutanya, "Gimana?"
Ada secercah harapan yang tergambar di wajahnya. Dia bilang, petugas tadi langsung menelepon PD 1 (Pembantu Dekan 1-red) setelah mendapat penjelasan dari Imam, terkait data mahasiswa DO tadi. Selanjutnya, petugas tersebut memberikan kesempatan bagi Imam untuk mengikuti tes, setelah mendapat keterangan dan tandatangan (rekom) PD 1.
"Tapi, bsok ya..?"
"Ya, ga pa pa, Pak. Yang penting ikut tes!"Ujarnya optimis.
*repost from Facebook ^^ 61013
dinihari, dua jam sebelum adzan subuh berkumandang_
0 komentar:
Post a Comment