Banyak murid memiliki potensi menulis, tapi masih belum
diberdayakan. Guna menghidupkan semangat menulis, yang pertama dan utama harus
diajarkan tak lain pengalaman dan praktik menulis. Bukan menjejalkan teori
menulis. Pembelajaran menulis merupakan penghargaan terhadap pikiran bebas.
Bahasa dimanfaatkan buat mengungkapkan pikiran bebas itu. Guru berperan sebagai
fasilitator atau pelatih, bukan wasit otoriter.
Supaya bisa menulis, gagasan harus dicari dan digali. Ide inilah
yang mesti dituangkan dalam bentuk tulisan. Misalnya, ide perihal booming batu
akik di seluruh penjuru negeri. Setelah ide ditemukan, tahap berikutnya
menentukan “angle” atau sudut pandang yang akan digunakan sebagai panduan
menulis. Angle merupakan sisi tulisan yang hendak dipilih.
Angle dipilih yang paling menarik, penting dan relevan. Agar
tajam, angle dirumuskan dalam kalimat tanya. Misalnya: mengapa tiba-tiba
masyarakat gandrung batu mulia? Angle bisa digali dengan 5W+1H: what, who,
when, where, why, dan how.
Variasi angle bergantung rasa ingin tahu kreativitas
penulis. Setelah angle ditetapkan, giliran mencari bahan tulisan. Caranya:
riset pustaka, wawancara sumber, dan reportase suasana. Tulisan yang bagus
berangkat dari penggalian bahan yang bagus. Good input, good output.
Sesudah bahan tersedia, outline atau kerangka tulisan bisa
mulai digarap. Rencanakan alinea demi alinea yang akan ditulis. Satu alinea
satu pokok pikiran. Jangan berjejalan banyak pokok pikiran dalam satu alinea.
Setiap alinea terdiri atas satu kalimat utama (main sentence) yang diikuti
dengan beberapa kalimat pendukung (support sentence).
Outline tulisan terdiri atas lead, bridging, badan tulisan,
dan penutup. Lead itu pembuka tulisan yang menarik, simple, tidak direcoki data,
dan angka. Lead bertugas memikat pembaca.
Bridging itu jembatan menuju badan tulisan. Biasanya berisi
penjabaran lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dalam lead. Bridging
juga memasukkan konteks persoalan, yakni
penjelasan kenapa topik tulisan yang diangkat penting untuk dibaca.
Badan tulisan adalah tempat penulis menjabarkan argumen,
data, hasil, riset, dan observasi yang telah dikumpulkan. Penutup bisa berupa
kesimpulan, renungan, saran, solusi, gugatan, atau sekadar pertanyaan yang
menggantung.
Sikap dan pendapat subjektif penulis harus muncul bila
tulisan berbentuk esai. Bukan sekadar rangkaian kutipan teori dan pendapat
ahli. Ramuan esai: observasi yang jeli dibingkai pemahaman teori yang memadai.
Guru tidak akan bisa membuat muridnya gemar menulis bila dia
tidak menghidupi semangat menulis.
Disadur dari J. Sumardianta, Jawa Pos (Ahad, 7 Juni 2015)
0 komentar:
Post a Comment