Alhamdulillah, ungkapan yang wajib terucap untuk pertama kali,
selain istighfar tiga kali saban usai salat. Ungkapan syukur karena diberikan
oleh sang Maha menciptakan dan pemberi rezeki, juga karena saat ini, sudah
mendekati Ramadan di hari ke-10. Lusa juga ada pemilihan capres-cawapres, dan
yang pastinya ditunggu-tunggu adalah suguhan yang menarik dari si kulit bundar,
apalagi jika bukan World Cup 2014.
Sayangnya, dari beragam warna dunia yang hadir dan memberi spektrum
dalam tiap relung kehidupan itu, ada sedikit ganjalan yang terasa..
Beberapa hari ini saya berkepo-kepo di web Jurusan.
Kelakuan yang sebenarnya jarang saya lakukan, tapi bersebab dalam web tersebut
terdapat pengumuman yang dinanti-nanti oleh mayoritas mahasiswa semester akhir
yang mencomot dan memprogram matakuliah skripsi dalam KRS-nya. Dan, sesuatu
yang saya nanti-nanti itu rupanya belum nongol-nongol juga. Sudah saya tekankan
pada diri saya untuk bersabar. Heh..bersabar?
Ya, hanya dengan sabar dan salat-lah pertolongan Allah itu
datang. Namun, dalam konteks saat ini, dengan melihat para stakeholder jurusan
dengan beragam 'politik kepentingan' di dalamnya membuat saya sedikit berkecil
hati. Menyiutkan mental man shabara zafira yang sedang dipupuk.
Jika dulu, ya dulu saat kawah candradimuka diwarnai oleh
para satria-satria penegak ilmu yang bersih hati dan jiwanya, tanpa tendensi
dan kepentingan yang menyertainya, dunia perkampusan seolah dinamis dan
bertaburan warna semangat tuk menggapai mimpi yang menjulang ke langit. Adanya
sikap saling percaya (trust) antara pemangku kepentingan di perguruan tinggi
dengan para pengais ilmu menjadikan kerjasama yang transparan tanpa harus
disertai dengan transaksi abu-abu. Ujungnya pun menjadi semakin tak jelas, ada
tumpang tindih antara hak yang harus diterima mahasiswa dan kewajiban yang kudu dijalankannya.
Dengan semakin berjalannya waktu, dimana hanya tinggal
hitungan hari, maka saya hanya bisa ‘berpasrah’ pada Yang Kuasa. Berpasrah pada
Yang Maha Segalanya ini bukan berarti kemudian saya cukup berpangku tangan,
nirgerak, dan tengak-tenguk nungguk untuk saja. Namun, kepasrahan yang disertai
dengan upaya daya yang telah dianugerahkan oleh-Nya pada kita. Diperkuat dengan
doa-doa yang menjuntai dari bumi ke langit.
Dan bulan Ramadan yang mulia ini adalah momennya. Syahrut
tarbiyah, bulan pendidikan, dimana ada gemblengan karakter tangguh dan pantang
menyerah. Pengasuh, pelatih, sekaligus pengawasnya adalah Allah sendiri. Hasil training itu kemudian kita lihat dalam 11 bulan mendatang.
Jika kembali pada konteks asal, maka awal Juli sampai Agustus inilah pengerahan segenap kemampuan tenaga, otak, dan doa dioptimalkan. Dukung dan doakan kami, kawan!
0 komentar:
Post a Comment