23 June 2014

Ada Apa Dengan Wisuda?

Apa yang  menjadi kekhawatiran ketika kuliah sudah kelar?

Apa yang paling menjadi ganjalan dalam meniti karir lanjutan?

Apa yang menjadi tantangan tatkala keinginan 'menyegerakan' sudah datang?


Dari pertanyaan apa-apa diatas, jawabannya cuma satu; WISUDA!

Mengapa harus wisuda? Karena dengan wisuda artinya ada legal formal berupa ijazah yang menyatakan diri kita telah lulus tempaan kawah candradimuka.

Mengapa harus wisuda? Dengan wisuda, ada de jure factor berupa gelar sarjana yang kita sandang selama empat tahun kita mengenyam bangku kuliah.

Mengapa harus wisuda? Dengan wisuda-lah, kita bisa melamar kerja dengan ijazah yang bukan lagi SMA.
Dengan wisuda-lah harapan-harapan itu muncul bak sang surya menerangi dunia.

Lantas, apa yang membuat kita sampai saat ini belum di wisuda?

Jika mengingat pepatah, alas iku omboh, atau jika dibahasa-Indonesiakan menjadi hutan itu luas. Maka yang lebih luas dari alas/ hutan cuman satu, yaitu: alasan!

Jika pun boleh beralasan, maka yang pertama kali saya salahkan ada pada diri saya. Kenapa?

Karena jauh-jauh hari kurang persiapan dan belum merencanakan dengan matang.
Apa yang kurang dipersiapkan?

Judul proposal, dosen pembimbing, dan menganggap remeh waktu, menundanya, dan kurang disiplin serta malas.

Meski kemudian kita dapat menyalahkan kurangnya waktu, karena harus membaginya dengan kerja, mengajar, organisasi, tapi bisakah itu yang kita jadikan alibi??

Fauzil Adhim saja menganggap manajemen waktu bukan yang utama, tapi manajemen kalbu.  

Kita pernah mendapatkan waktu luang tapi kita sia-siakan.
Kita sering memperoleh kelapangan, tapi tak pernah kita optimalkan.
Kita pun tak sekali dua kali diberi kesempatan, tapi tak pernah atawa lupa kita ambil dan manfaatkan.
Kita buang semuanya itu dengan kemudharatan, tak membawa nilai tambah bagi kita. Hasilnya?

Untuk sementara setan-lah yang menertawakan kita, karena dia berhasil memperdayai dan memperalat hawa nafsu kita.

Untuk sementara..ya untuk sementara..
Karena mulai saat ini kita bertekad untuk segera mengakhiri euforianya..


Surabaya, 23 Juni 2014/ Sya’ban 1435 H,

Dari yang sedang menyusun tekad dan membulatkan niatnya














Related Posts:

  • Ujian Nasional itu.. Adikku, jangan kau anggap beban kertas ujian yang ringan itu. Anggaplah beratnya setara dengan kapas yang terbang apabila tertiup angin. Bukankah menu latihan soal sudah kau lahap tiap hari dalam beberapa bulan ini..? Tentun… Read More
  • Batu dan Air Saya teringat dengan Bu Eri Hidayati, Guru Pendidikan Agama Islam ketika masih berseragam putih biru. Bu Eri, begitu panggilan anak-anak pada beliau, dalam menyampaikan materi tentang agama Islam selalu diselingi dengan nas… Read More
  • Dunia Tanpa "A" Apa jadinya bila dunia tanpa agama (Islam)? Tanpa ada orang-orang yang mengajak pada kebenaran dan mencegah pada yang munkar? Kita pun tak akan pernah mendengar lantunan suara adzan di masjid dan langgar. Telinga k… Read More
  • Bukan Nekat, tapi Semangat! Namanya mengingatkanku pada salah satu dari empat Imam Madzhab. Dialah Imam Hanafi, kawan seperjuangan di kawah candradimuka kampus FIK Unesa. Meski lahir dan besar bukan di kota Pahlawan, tapi semangat dan kegigihannya seol… Read More
  • Ada Apa Dengan Wisuda? Apa yang  menjadi kekhawatiran ketika kuliah sudah kelar? Apa yang paling menjadi ganjalan dalam meniti karir lanjutan? Apa yang menjadi tantangan tatkala keinginan 'menyegerakan' sudah datang? … Dari per… Read More

0 komentar: