Diantara waktu yang terus bergerak..
Aku menatap masa depan sebagai tantangan, memandang hari esok seolah merajut harapan..
Sementara masa lalu adalah pembelajaran, belajarlah dari beberapa kesalahan yang diperbuat, dari kealpaan manusia biasa, tempatnya salah dan lupa..
Menjadi tua adalah kepastian, menjadi dewasa adalah pilihan. Karena hidup ini memilih, ketika banyak peluang yang dihadirkan olehNya kita ambil dan kita pilih..
Fase hidup ini menjadi cerminan diri untuk terus berbuat yang terbaik yang bisa dilakukan. Hanya orang-orang yang tak berkemajuan, yang menyandarkan dirinya pada apa yang dimilikinya sekarang, yang merasa puas dengan segala titipan dariNya. Di sisi lain, ada banyak yang masih terbelenggu dengan karakter terjajah yang bersemayam dalam dirinya. Yang menghamba pada selainNya, entah itu diperbudak oleh harta benda, kekuasaan, atau nafsu yang mengangkanginya..
Aku belumlah sempurna menjadi manusia. Manusia yang diberikan tugas oleh Tuhan untuk menjadi KhalifahNya. Manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepadaNya. Dan menjadi golongan manusia mukhlasin, yang tak pernah goyah dari godaan dan bisikan iblis..
Tapi aku bersyukur dengan anugerah Allah yang luar biasa berlimpah. Dari Bapak-Ibu yang melahirkan dan membesarkanku, aku belajar banyak darinya makna ikhlas. Ikhlas yang tempatnya di dalam hati dan tak tampak bila hanya dibuai kata-kata indah. Aku belajar dari mereka bedua, keikhlasan dan kesederhanaannya. Walau mereka berdua tak mengenyam bangku kuliah, tapi doa mereka selalu menyertai langkah..
Untuk guru-guru yang memberikan ilmu. Tak pernah lelah rasa terimakasihku. Karena ilmu tak berbatas, yang tak hanya berkutat pada bangku dan gedung yang bersekat, ada banyak guru yang mewarnai perjalanan hidupku. Dari majelis ilmu di masjid, sampai pengalaman hidup yang bisa kupetik dari mereka-mereka para guru kehidupan.
Entahlah, aku merasa bersyukur dipertemukan dengan mereka. Ada penerang, laksana obor yang menerangi kegelapan. Ada secercah sinar yang menuntun pada jalan kebenaran, jalan yang diridhai dan dirahmati. Yang itu kadang sulit, terjal, dan.mendaki..
Di seperempat abad kedua hidupku. Aku ingin tetap melanjutkan perjuangan. Meniti jalan yang dilalui para syuhada yang berjuangdi jalanNya. Menjadi mujahid tanpa makna yang dipersempit. Menjadi mujahid yang berjuang dengan sungguh-sungguh mengerahkan jiwa raga, harta benda, serta keilmuan yang dimilikinya. Untuk menjunjung tinggi kemuliaan agama, untuk mengharap ridhaNya.
Jalan yang kudaki akan banyak rintangan dan cemoohan. Tapi yakinlah, jalan ini adalah yang lurus dan benar. Karena betapapun kuatnya agama yang bersemayam, akan hilang tak berbekas bila tanpa amalan. Dan tak akan bernilai dihadapanNya, bila niat bukan karenaNya.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al Quran Surat Al Hujurat (49) ayat 15)
Aku menatap masa depan sebagai tantangan, memandang hari esok seolah merajut harapan..
Sementara masa lalu adalah pembelajaran, belajarlah dari beberapa kesalahan yang diperbuat, dari kealpaan manusia biasa, tempatnya salah dan lupa..
Menjadi tua adalah kepastian, menjadi dewasa adalah pilihan. Karena hidup ini memilih, ketika banyak peluang yang dihadirkan olehNya kita ambil dan kita pilih..
Fase hidup ini menjadi cerminan diri untuk terus berbuat yang terbaik yang bisa dilakukan. Hanya orang-orang yang tak berkemajuan, yang menyandarkan dirinya pada apa yang dimilikinya sekarang, yang merasa puas dengan segala titipan dariNya. Di sisi lain, ada banyak yang masih terbelenggu dengan karakter terjajah yang bersemayam dalam dirinya. Yang menghamba pada selainNya, entah itu diperbudak oleh harta benda, kekuasaan, atau nafsu yang mengangkanginya..
Aku belumlah sempurna menjadi manusia. Manusia yang diberikan tugas oleh Tuhan untuk menjadi KhalifahNya. Manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepadaNya. Dan menjadi golongan manusia mukhlasin, yang tak pernah goyah dari godaan dan bisikan iblis..
Tapi aku bersyukur dengan anugerah Allah yang luar biasa berlimpah. Dari Bapak-Ibu yang melahirkan dan membesarkanku, aku belajar banyak darinya makna ikhlas. Ikhlas yang tempatnya di dalam hati dan tak tampak bila hanya dibuai kata-kata indah. Aku belajar dari mereka bedua, keikhlasan dan kesederhanaannya. Walau mereka berdua tak mengenyam bangku kuliah, tapi doa mereka selalu menyertai langkah..
Untuk guru-guru yang memberikan ilmu. Tak pernah lelah rasa terimakasihku. Karena ilmu tak berbatas, yang tak hanya berkutat pada bangku dan gedung yang bersekat, ada banyak guru yang mewarnai perjalanan hidupku. Dari majelis ilmu di masjid, sampai pengalaman hidup yang bisa kupetik dari mereka-mereka para guru kehidupan.
Entahlah, aku merasa bersyukur dipertemukan dengan mereka. Ada penerang, laksana obor yang menerangi kegelapan. Ada secercah sinar yang menuntun pada jalan kebenaran, jalan yang diridhai dan dirahmati. Yang itu kadang sulit, terjal, dan.mendaki..
Di seperempat abad kedua hidupku. Aku ingin tetap melanjutkan perjuangan. Meniti jalan yang dilalui para syuhada yang berjuangdi jalanNya. Menjadi mujahid tanpa makna yang dipersempit. Menjadi mujahid yang berjuang dengan sungguh-sungguh mengerahkan jiwa raga, harta benda, serta keilmuan yang dimilikinya. Untuk menjunjung tinggi kemuliaan agama, untuk mengharap ridhaNya.
Jalan yang kudaki akan banyak rintangan dan cemoohan. Tapi yakinlah, jalan ini adalah yang lurus dan benar. Karena betapapun kuatnya agama yang bersemayam, akan hilang tak berbekas bila tanpa amalan. Dan tak akan bernilai dihadapanNya, bila niat bukan karenaNya.
sumber: imuslim |
0 komentar:
Post a Comment