Saat merapikan tumpukan buku di lemari kecil, mata saya terpaut sebuah buku diantara buku-buku lain yang saling tumpang tindih. Sampul buku yang berwarna putih dan bergambar karikatur penulisnya tersebut, mengingatkan saya tentang asal-usul buku inspiratif tersebut.
Judul buku kecil itu cukup membuat siapa saja menjadi penasaran tentang isinya, belum lagi jika tahu latar belakang penulisnya yang penuh semangat dan tak pernah menyerah dengan keadaan, dan mengibaratkan kehidupan yang dijalaninya sekarang sebagai medan perdjoeangan yang takkan pernah berujung.
Melalui motto “Hidup adalah Perdjoeangan”, Romi Satrio Wahono, yang akrab disapa mas Romi (namun sekarang menjadi Pak Romi) menulis apa yang dialami, dirasakan, didengar, dilihat, dan segala sesuatu yang pernah ditangkap oleh panca inderanya. Sampai-sampai beliau mengibaratkan untuk menulis yang baik tidak cukup menggunakan hati. Namun juga harus melibatkan kaki, tangan, telinga, dan seluruh anggota badan lainnya, agar tulisan tersebut dapat menjadi baik, dan tak hanya sekedar baik- menurut pandangan M. Fauzil Adhim (tambahan penulis-red).
"Dapat Apa sich dari Universitas?" menjadi judul dari sebuah buku yang isinya berupa catatan-catatan dari sebuah blog milik sang penulis. Dengan bekal sepuluh tahun berkelana mencari ilmu di negeri matahari terbit, Jepang, beliau ingin memberikan pencerahan kepada siapa saja yang ingin belajar ilmu komputer secara gratis..tis. Melalui blog RomiSatrioWahono.net dan situs ilmukomputer.com, beliau bertekad menyebarkan virus ilmu pengetahuan untuk siapa saja tanpa membedakan latar belakang, suku, ras, agama, maupun nasab keturunan. Dengan slogan “ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” Beliau berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memotivasi para generasi muda agar haus dan tamak ilmu, bukan tamak harta.
Beliau menceritakan dalam bukunya, tak mudah memang memulai perdjoeangan. Butuh pengorbanan yang tak sedikit, tak hanya fisik dan mental, namun juga materi dan waktu juga dituntut lebih banyak agar dapat berhasil. Seperti saat beliau menceritakan pengalaman pertama kalinya masuk Universitas di Jepang. Dengan bekal penguasaan bahasa jepang yang dikiranya sudah mumpuni untuk mengarungi dunia keilmuan di Jepang, ternyata salah besar. Penguasaan bahasa jepangnya ternyata hanya sampai dalam taraf penguasaan bahasa jepangnmya anak-anak SD dan SMP. Alhasil, awa-awal masuk kuliah beliau harus ketinggalan dengan rekan-rekannya sesame mahasiswa jepang yang lain. Bayangkan, ketika teman-temannya sesama mahasiswa berhasil menyelesaikan satu halaman buku dalam tempo dua sampai tiga menit, sedangkan beliau kala itu harus memeras otak dan mata lebih lama selama 30 menit.
Maka tak ada jalan lain kecuali dengan banyak belajar. banyak membaca, banyak membeli buku, dan banyak mengurangi tidur. Ya, mengurangi tidur merupakan satu dari beberapa tips sukses ala Romi Satrio Wahono. Tips lainnya yaitu banyak minum air putih dan banyak membaca biografi tokoh-tokoh hebat (tujuannya jelas, supaya kita banyak belajar dari perjalanan hidup sang tokoh tersebut). Beliau sendiri, menceritakan dalam bukunya, tidak pernah pulang dari kantornya sebelum jam dinding berdentang sebanyak dua belas kali. Prinsip hidup yang dipegangnya pun luar biasa: tak apa mati muda, asal berguna. Buat apa panjang usia, kalau hidupnya hanya membuat susah dan tak memberikan kontribusi apa-apa, Subhanallah..!! Tak mengherankan, jika beliau tak hanya mengusai bidang komputer alias spesialis computer, namun juga menjadi seorang versatilist, yang tak hanya menguasai satu bidang tertentu, namun dapat berbicara lebih dari satu bidang disiplin ilmu. Istilahnya adalah kutu loncat, yang dapat hinggap kesana kemari, karena kemahiran ilmu yang dimiliki. Seperti yang beliau tuangkan dalam goresan yang ada daam bukunya. Secara tersirat, beliau memiliki kemampuan manajemen, agama, politik, sosial dan bakat menyederhanakan sesuatu yang dianggap sulit menjadi lebih mudah. Dengan pengalamannya yang segudang, beliau pun seolah menjadi seorang konsultan dan psikolog yang memberikan jalan keluar terhadap setiap mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam meraih IPK tinggi, atau yang sedang galau dan kurang semangat dalam kuliah. Tips yang diberikan pun rasional, halalan thayyiban, dan simple.
Tak banyak yang dapat ditulis, selain rasa kekaguman saya terhadap beliau. Ucapan terimakasih yang terhingga, sehingga saya dapat termotivasi untuk menuliskan sesuatu. Dan pada akhirnya, motivasi tersebut, saya tuangkan dalam blog seperti yang pernah beliau pesankan dalam buku. Rasanya ada kerinduan menantikan karya-karya beliau yang lain, maturnuwun Pak Romi Satrio Wahono. Tetap dalam Perdjoeangan..!!
0 komentar:
Post a Comment