Hidup itu harus ber-motto. Apa motto hidupmu?
Sebenarnya bukan karena ingin menjadi motivator dalam tulisan ini. Tapi, pada saat mengisi kajian Darul Arqam di SMP Muhammadiyah 4 Porong, ada salah satu peserta yang nyeletuk, "Pak, motto hidupnya apa?" Itu ditanyakannya ketika saya baru saja menyampaikan profil diri.
Segera saja saya jawab sekenanya, "Fastabiqul khairat!"
Hehe..
Fastabiqul khairat adalah berlomba dalam kebaikan. Slogan yang kerap dijadikan tagline di gerakan ortom-ortom Muhammadiyah terutama di Pemuda Muhammadiyah dan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Terkait slogan itu saya jadi teringat nasehat dari Dr. Hidayatullah ketika dulu masih menjadi kepala SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (SMAMDA). Menurut Pak Dayat, berfastabiqul khairat berarti berlomba melakukan kebaikan yang terbaik.
Analoginya, kita berlomba dalam melakukan kebaikan yang terbaik, terus-menerus, dan menjadi yang pertama dalam melakukan kebaikan. Berfastabiqul khairat berarti kebaikan harus sama-sama ditampilkan. Sepak bola yang baik dan indah adalah ketika kedua tim sama-sama menampilkan permainan yang terbaik.
Kebaikan harus dilakukan terus menerus. Prinsip kontinuitas harus menjadi landasan agar semangat dalam berbuat kebaikan tidak patah di tengah jalan. Mutungan. Jika kebaikan sudah menjadi habit bagi dirinya, maka ketika seseorang itu tidak melakukan kebaikan sedikit saja dalam sehari maka terasa ada yang kurang dalam hidupnya.
Ketiga, ketika berfastabiqul khairat adalah melakukan kebaikan yang pertama. Jika sudah melakukan kebaikan yang terbaik, terus-menerus, maka kebaikan yang menjadi pamungkas dan mempunyai maqam tertinggi adalah kebaikan yang dilakukan pertama kali.
Ketika yang lain masih belum menyentuh kebaikan di suatu daerah, maka kita diwajibkan untuk mempeloporinya. Ketika di dalam suatu lingkungan masih belum ada pencerahan, maka kita dituntut untuk mengawalinya. Maka tak salah, ortom-ortom yang ada di Muhammadiyah menjadikan fastabiqul khairat menjadi slogan dalam pergerakannya. Menjadi pelanjut, pelangsung, dan penyempurna dalam gerakan yang didirikan KH. Ahmad Dahlan tersebut.
Menariknya, lanjut Pak Dayat, ketika slogan fastabiqul khairat itu ternyata menjadi tagline dan tertanam di alam bawah sadar para siswa yang ada di Korea Selatan. Menurut rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) itu, semangat fastabiqul khairat sudah menjalar layaknya spirit membangun yang ada di negeri ginseng itu. Mereka berlomba menjadi yang pertama. Lihatlah slogan para pelajar dari negeri Gangnam Style itu:
Mereka rupanya sudah menerapkan terlebih dahulu yang ada dalam Al Quran, Ketika kita sebagai umat muslim terbesar, yang seperti dikutip Dr. Zakir Naik dalam ceramahnya kita menjadi bangsa mulim terbesar dengan populasi 200 juta jiwa, namun harus kita sadari kita masih dalam tataran wacana. Kita masih bangga dengan keadaan muslim yang kita punya sejak lahir.
Dr. Saad Ibrahim, ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur pernah mengatakan jika Lee Kuan Yew, perdana menteri Singapura pertama yang menjadi ikon pembangunan negeri jiran itu juga menerapkan semangat yang ada dalam Al Quran untuk membenahi wajah Negeri Singa. Singapura yang pada awalnya adalah negara yang juga terseok-seok. Banyak kemiskinan dan negaranya masih belum tertata dengan baik. Namun, Lee Kuan Yew tidak berputus asa. Dia memimpikan negerinya menjadi negeri yang seperti digambarkan dalam Al Quran. Dalam visinya lebih lanjut, dia gambarkan negeri itu dalam bentuk prangko dan dibagikan ke seluruh negeri untuk memotivasi seluruh penduduk negerinya agar tidak menyerah dengan keadaan. Dan kita bisa lihat hasilnya sekarang.
Apa mungkin orang-orang Korea dan Singapura itu terilhami Al Quran? Atau jangan-jangan kita yang hanya terlena dengan sekedar membaca kitab suci kita sendiri? Sudah sampaikah kita pada tataran men-tadabbur/mengkaji kemudian mengimplementasikan pesan-pesan kauniyah dan kauliyah yang ada dalam firmanNya? Hanya kita yang bisa merabanya. Wallahu a'lam.
Jasem, 25 Ramadan 1437 H
Sebenarnya bukan karena ingin menjadi motivator dalam tulisan ini. Tapi, pada saat mengisi kajian Darul Arqam di SMP Muhammadiyah 4 Porong, ada salah satu peserta yang nyeletuk, "Pak, motto hidupnya apa?" Itu ditanyakannya ketika saya baru saja menyampaikan profil diri.
Segera saja saya jawab sekenanya, "Fastabiqul khairat!"
Hehe..
Fastabiqul khairat adalah berlomba dalam kebaikan. Slogan yang kerap dijadikan tagline di gerakan ortom-ortom Muhammadiyah terutama di Pemuda Muhammadiyah dan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Terkait slogan itu saya jadi teringat nasehat dari Dr. Hidayatullah ketika dulu masih menjadi kepala SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (SMAMDA). Menurut Pak Dayat, berfastabiqul khairat berarti berlomba melakukan kebaikan yang terbaik.
Analoginya, kita berlomba dalam melakukan kebaikan yang terbaik, terus-menerus, dan menjadi yang pertama dalam melakukan kebaikan. Berfastabiqul khairat berarti kebaikan harus sama-sama ditampilkan. Sepak bola yang baik dan indah adalah ketika kedua tim sama-sama menampilkan permainan yang terbaik.
Kebaikan harus dilakukan terus menerus. Prinsip kontinuitas harus menjadi landasan agar semangat dalam berbuat kebaikan tidak patah di tengah jalan. Mutungan. Jika kebaikan sudah menjadi habit bagi dirinya, maka ketika seseorang itu tidak melakukan kebaikan sedikit saja dalam sehari maka terasa ada yang kurang dalam hidupnya.
Ketiga, ketika berfastabiqul khairat adalah melakukan kebaikan yang pertama. Jika sudah melakukan kebaikan yang terbaik, terus-menerus, maka kebaikan yang menjadi pamungkas dan mempunyai maqam tertinggi adalah kebaikan yang dilakukan pertama kali.
Ketika yang lain masih belum menyentuh kebaikan di suatu daerah, maka kita diwajibkan untuk mempeloporinya. Ketika di dalam suatu lingkungan masih belum ada pencerahan, maka kita dituntut untuk mengawalinya. Maka tak salah, ortom-ortom yang ada di Muhammadiyah menjadikan fastabiqul khairat menjadi slogan dalam pergerakannya. Menjadi pelanjut, pelangsung, dan penyempurna dalam gerakan yang didirikan KH. Ahmad Dahlan tersebut.
Menariknya, lanjut Pak Dayat, ketika slogan fastabiqul khairat itu ternyata menjadi tagline dan tertanam di alam bawah sadar para siswa yang ada di Korea Selatan. Menurut rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) itu, semangat fastabiqul khairat sudah menjalar layaknya spirit membangun yang ada di negeri ginseng itu. Mereka berlomba menjadi yang pertama. Lihatlah slogan para pelajar dari negeri Gangnam Style itu:
"Ketika yang lain masih tidur, aku sudah bangun. Ketika yang lain sudah bangun, aku sudah berjalan. Ketika yang lain sudah berjalan, aku sudah berlari. Dan ketika yang lain sudah berlari, aku sudah terbang."
Mereka rupanya sudah menerapkan terlebih dahulu yang ada dalam Al Quran, Ketika kita sebagai umat muslim terbesar, yang seperti dikutip Dr. Zakir Naik dalam ceramahnya kita menjadi bangsa mulim terbesar dengan populasi 200 juta jiwa, namun harus kita sadari kita masih dalam tataran wacana. Kita masih bangga dengan keadaan muslim yang kita punya sejak lahir.
Dr. Saad Ibrahim, ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur pernah mengatakan jika Lee Kuan Yew, perdana menteri Singapura pertama yang menjadi ikon pembangunan negeri jiran itu juga menerapkan semangat yang ada dalam Al Quran untuk membenahi wajah Negeri Singa. Singapura yang pada awalnya adalah negara yang juga terseok-seok. Banyak kemiskinan dan negaranya masih belum tertata dengan baik. Namun, Lee Kuan Yew tidak berputus asa. Dia memimpikan negerinya menjadi negeri yang seperti digambarkan dalam Al Quran. Dalam visinya lebih lanjut, dia gambarkan negeri itu dalam bentuk prangko dan dibagikan ke seluruh negeri untuk memotivasi seluruh penduduk negerinya agar tidak menyerah dengan keadaan. Dan kita bisa lihat hasilnya sekarang.
Apa mungkin orang-orang Korea dan Singapura itu terilhami Al Quran? Atau jangan-jangan kita yang hanya terlena dengan sekedar membaca kitab suci kita sendiri? Sudah sampaikah kita pada tataran men-tadabbur/mengkaji kemudian mengimplementasikan pesan-pesan kauniyah dan kauliyah yang ada dalam firmanNya? Hanya kita yang bisa merabanya. Wallahu a'lam.
Jasem, 25 Ramadan 1437 H
gambar: https://lehmansbaseball.files.wordpress.com |
0 komentar:
Post a Comment