Pesan itulah yang disampaikan Prof. Thohir Luth, ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, dalam pembukaan Baitul Arqam Madya (BAM) Pemuda Muhammadiyah di Ma'had Darussalam- Lawang (29/11-1/12).
Kegiatan yang diprakarsai Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jatim itu mendapat sambutan luar biasa dari para kader, terutama mereka yang bergerak dalam bidang pengkaderan dan dakwah dari masing-masing daerah (kabupaten/kota-pen) yang memang menjadi sasaran utama dalam kegiatan tersebut. Hal itu tampak dari penuhnya kuota peserta yang hadir dalam kegiatan yang merupakan lanjutan dari Baitul Arqam Dasar (BAD), yang dilangsungkan beberapa waktu silam.
Lebih dari 70 orang utusan menghadiri kegiatan yang juga bersamaan dengan Pelatihan Da'i Lanjutan itu. Dalam sambutannya, Prof. Thohir menekankan peran penting kader dalam kelangsungan dan eksistensi persyarikatan Muhammadiyah. "Saya ingin rumah besar Muhammadiyah diisi oleh para kader Muhammadiyah,"harap beliau yang kemudian diamini para peserta BAM.
Harapan yang muncul dari orang nomor satu di jajaran kepengurusan Muhammadiyah Wilayah Jatim tersebut tak lepas dari fenomena minimnya kader yang muncul dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Menurut beliau, pendirian dan pembangunan AUM mempunyai fungsi yang cukup strategis. Selain mengimplementasikan pesan Surat Ali Imran ayat 104, yang tak lain merupakan landasan pendirian Persyarikatan Muhammadiyah, AUM juga memiliki peran sentral mengenalkan apa itu Muhammadiyah, kepribadian, sampai cita-cita dan ideologi Persyarikatan yang didirikan pada 18 Nopember 1912 itu.
Sayangnya, sampai saat ini peran tersebut masih belum signifikan. Salah satu sebabnya, ribuan AUM yang tersebar, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi (PT), serta rumah sakit Muhammadiyah diisi dan diwarnai oleh orang-orang non Muhammadiyah. Boleh jadi mereka mengaku Muhammadiyah hanya untuk mencari penghidupan di dalam AUM.
Maka peran kader, terutama dari Pemuda Muhammadiyah, diharapkan bisa menggantikan dan memberi warna baru dalam AUM. "Jadilah Mujahid Muhammadiyah, yang membumikan nama Allah lewat Persyarikatan, serta membawa kemajuan dan keunggulan,"pesan beliau sungguh-sungguh.
Dalam BAM kali ini, turut pula menghadirkan para "pakar" yang memang diundang untuk mengokohkan pemahaman ideologi Muhammadiyah bagi para kader.
Sebut saja nama Dr. Sa'ad Ibrahim. Dosen Pascasarjana UIN Maliki Malang, yang sekaligus mengemban amanah sebagai wakil ketua Majelis Tarjih PWM Jatim tersebut, hadir pada hari kedua BAM.
Selain memberikan materi terkait ideologi Muhammadiyah, dari keprihatinan KH. Ahmad Dahlan melihat fenomena lingkungan sekitarnya pada saat itu yang penuh dengan ketidakadilan. Beliau juga memberikan "wejangan" kepada para peserta BAM agar tidak berkecil hati dengan keadaan obyektif saat ini. Maksudnya, kata beliau, sering kita minder dengan kekurangan dan keterbatasan kita saat ini. Padahal, kekurangan dan keterbatasan tidak boleh menyurutkan semangat dalam berjuang dan menggapai cita-cita. Beliau kemudian mencontohkan kisah sukses yang dinukil dari salah satu program tayangan TV, seorang dokter hewan yang mengawali kuliah dari berjualan roti.
Tak mengenal Muhammadiyah bila tak paham para ketuanya. Hal itu ditangkap panitia BAM dengan menghadirkan narasumber yang sudah kenyang asam garam ke-Muhammadiyah-an. Dari tangannya bayak lahir buku-buku inspiratif, salah satu bukunya berjudul "Anekdot Tokoh-Tokoh Muhammadiyah," yang berkisah perjuangan para tokoh Muhammadiyah dari masa ke masa. Dialah Drs. Nurcholis Huda. Selain menulis buku, salah satu jajaran pengurus Muhammadiyah Wilayah Jatim tersebut juga aktif di majalah MATAN, media PWM Jatim yang terbit tiap bulan sekali itu.
Jadilah, sampaian materi yang mayoritas bersumber dari buku karyanya tentang biografi para tokoh Muhammadiyah mulai KH. Ahmad Dahlan hingga Din Syamsudin tersebut berjalan menarik dan interaktif. Banyak hikmah yang dipetik dari kisah para tokoh Muhammadiyah yang dipaparkan beliau. Mulai dari kesahajaan Jenderal Soedirman yang menghalau dingin dengan tilawah Al Quran, sampai kesederhanaan Pak A.R Fachroeddin (ketua Muhammadiyah terlama) yang di rumahnya berjualan bensin eceran.
Tak kalah menarik, panitia BAM mengundang Dr. H.M Ziyad, wakil ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, yang juga Alumnus Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem, Lamongan. Selain memberi materi gerakan Islam Transnasional, yang akhir-akhir ini banyak berkembag di Indonesia. Beliau turut memberi pencerahan dan menggugah kesadaran, betapa SDM negara kita jauh tertinggal. Dalam jumlah doktor per satu juta penduduk saja, Indonesia kalah dengan negeri Jiran; Malaysia dan Singapura. Yang lebih mencengangkan, daftar teratas untuk jumlah doktor per satu juta penduduk ditempati Israel. Tak heran, negeri Zionis tersebut menguasai sistem informasi di seluruh dunia.
Dan yang memungkasi kegiatan BAM pada Ahad (1/12) adalah Dr. Saleh Daulay. Sebagai ketua PP Pemuda Muhammadiyah, beliau memberi orasi ilmiah tentang tujuh prinsip pokok agar Islam dapat tegak berdiri dan umatnya damai dibawahnya. Beberapa diantaranya ada ukhuwah jam'iyah, ukhuwah Islamiyah, hingga ukhuwah Wathoniyah.
*Porong 61213
Disela bersegera Salat Jumat