Pilpres 9 Juli 2014,
Pagi hari, semangat itu masih meninggi. Ba’da sahur dan
salat subuh yang kemudian dirangkai dengan tadabbur Quran surat An-Nahl ayat
123-124 di Nurul Azhar. Ustadz Eko menjelaskan ayat per ayat yang menjelaskan
betapa pentingnya meneladani sifat nabi Ibrahim sebagai Bapak Tauhid.
Ada 5 (lima) sifat nabi Ibrahim yang dijelaskan dalam ayat
123 tersebut. Pertama adalah Imam, yaitu yang dapat memberikan keteladanan.
Kedua, tunduk-patuh-taat pada aturan Allah. Ketiga, lurus, yang dapat diartikan
benar dalam setiap tindak-tanduk dan perilaku. Yang keempat, tidak melakukan
kemusyirikan, yakni menyekutukan Allah dengan apapun. Dan yang terakhir adalah
bersyukur pada Allah.
***
Pilpres yang dalam terjemahan aslinya pilihan Presiden. Pesta demokrasi lima tahunan.
Kali ini yang menjadi trending topic bukan hanya dari kelas warung-warung makan
pinggiran kaki lima, tapi merembet hingga artis-artis kelas papan atas dunia. Dua
kandidat pasangan capres-cawapres yang dijagokan, Prabowo-Hatta dan
Jokowi-Jusuf Kalla ‘bertarung’ memperebutkan suara mayoritas rakyat Indonesia.
Maka, mempelajari rekam jejak dan reputasi kedua pasangan
calon pun wajib hukumnya. Menimbang kualitas dan kapasitas keduanya sebagai
pengemban amanah rakyat dalam lima tahun kedepan seolah tak bisa dipandang
dengan mata. Artinya, maju-mundurnya negeri kita tercinta, dengan jumlah
pemeluk Islam terbesar di dunia, tak bisa lepas dari peran seorang kepala
negara dalam memberikan kebijakan dan kemaslahatan untuk rakyat dan umat.
Ketika pilihan kemajuan itu
yang saya tangkap dari beberapa kali melihat tayangan televisi, yakni dari
program debat capres-cawapres, yang notabene mempertunjukkan dengan jelas
kemampuan seorang calon capres dan cawapres dalam menjawab pelbagai persoalan
dan tantangan bangsa. Juga mengamati referensi dan kedalaman informasi media.
Plus ditambah diskusi dengan para sopir, mahasiswa, pendidik, pedagang, hingga
pengangguran, jelas saya menangkap gejala kemajuan dan kebangkitan bangsa Indonesia
--yang akan menghadapi tantangan lima tahun kedepan yang luar biasa itu--
datangnya dari pasangan capres dan
cawapres nomor urut 1 (baca: satu!). Prabowo-Hatta!
Bila kemudian ada yang mengaitkan,
“Ya jelas saja pilih
nomor satu, kamu kan orang PAN.”
“Wah, ga heran,
puasanya aja mendahului, pasti ikut PRABOWO!”
“Biasa, mereka kan
golongan garis keras, fundamentalis, dsb..”
Bukan, bukan hanya karena alasan-alasan emosional seperti
yang saya contohkan diatas..
****
Seringkali kami berdiskusi. Seperti yang kami lakukan ba’da
Qiyamu Ramadan (salat tarawih) di Musala Nurul Huda tadi, saya bersama kawan seperjuangan
Mohammad Delgago, dan guru kehidupan dan wawasan kami, Ustadz Syahrul, ST.,
membahas topik yang sedang hangat-hangatnya. Pilihannya ada tiga; piala dunia,
infaq Ramadan, dan yang terakhir pilpres.
Tak dinyana, ketiga sub topik bahasan tadi rupanya masuk seluruhnya
dalam diskusi yang berakhir ketika si Fuha (jagoan pertamanya Ustadz Syahrul) merengek minta pulang.
Muqaddimah diskusi yang digelar di selasar musala dengan
gaya lesehan itu pada awalnya membahas kekalahan Brasil yang telak atas Jerman
di semifinal Piala Dunia. Dalam gelaran empat tahunan tersebut, Brasil yang
dijagokan juara karena bertindak sebagai tuan rumah harus tunduk, patuh dan
luluh lantak pada ketangguhan Jerman. Skor 7-1 menjadi bukti nyata ‘pembantaian’
tanpa belas kasihan tersebut. Absennya striker Neymar dan bek tangguh Thiago
Silva menjadi kambing hitam kekalahan telak mereka yang dikenal dengan sepak
bola indahnya; ‘Joga Bonito’.
Obrolan pun bergeser ke arah infaq Ramadan. Kegiatan yang
menjadi agenda rutin musala Nurul Huda yang sama pada tahun-tahun sebelumnya,
yakni membagikan beras pada mereka mustadh’afin yang berpuasa.
Tapi, mau tak mau diskusi kami akhirnya masuk pada putaran Pilpres.
Dua kandidat ini akhirnya menjadi sasaran tembak. Bukan dengan hujan gol
seperti gawang Brasil yang dikoyak Jerman, namun dengan analisis tajam yang dihimpun dari pelbagai sumber.
Diantaranya tentang ribut-ribut soal hasil hitung cepat Pilpres antar
media yang berlainan hasil satu sama lain. Yang konon sudah tercium dari kasus
Pilkada Jatim yang ternyata mencuat setelah ketua MK-nya (si Akil Baligh,
eh..Akil Mochtar) tertangkap tangan tindak pidana penyuapan.
Hasil diskusi yang kritis, nyelentik, panas, dan
membuat jiwa kita bergejolak bila melihat paparan argumentasi yang diberikan, sehingga lebih layak masuk dalam kategori OTR (Out of The Record). Mohon maaf bila tak bisa dipaparkan sekarang, sembari menunggu keputusan KPU tanggal 22 Juli nanti..
____________
*Preseden merupakan kejadian, tindakan, kesimpulan, keputusan yang telah terjadi pada masa lalu yg diikuti / ditiru oleh orang lain pada kejadian, tindakan yang sama atau serupa.pada masa berikutnya (idyahoo.answer.com-diakses 9/7/14)