Porong, 12 April 2014
Sejak kapankah kita berjuang? Mulai beranjak dewasakah kita mengenal kata perjuangan ketika menemukan inspirasi dari para pedjoeang? Saat menjadi mahasiswakah kita mulai mengenyam bangku perjuangan dengan cara turun ke jalan? Kala menjadi karyawankah kita baru tahu perjuangan itu adalah menuntut upah tiap hari buruh? Bukan, bukan itu!
Perjuangan ternyata sudah menempa diri kita bahkan semenjak kita belum terlahir kedunia. Perjuangan kita bahkan bukan mengalahkan satu dua lawan saja. Tapi perjuangan kita, saat kita berjuang dengan puluhan juta lawan. Saat jutaan sel sperma berebut untuk membuahi indung telur. Kitalah yang saat itu, dengan penuh gagah dan lantang berteriak kedunia bahwa kitalah pemenangnya. Dengan penuh semangat kita pekakkan dunia dengan suara tangis kita. Dengan penuh kebanggaan, Ayah-Bunda kita menangis haru menyambut kehadiran kita. Dengan penuh harap mereka berdoa, agar kita menjadi insan yang berguna, bagi agama, bangsa, dan negara. Bagi masyarakat, bagi ummat.
Maka, tak ada alasan untuk kita menyerah melambaikan bendera putih ke tengah arena. Tak ada tempat lagi untuk menyurutkan langkah. Tak berarti saat ini, jika tak menguatkan hati, mengupayakan dengan segenap jiwa, harta, pikiran, dan tenaga. Sepenuhnya!
Apalah yang perlu dikeluhkan, jika jalan mendaki membuat kita semakin dewasa memandang kehidupan?
Mengapa kita harus menyesal, bila tubuh kita tergelepar lelah dengan senyum kemenangan?
Adakah yang menjadikan hasad, ketika keberlimpahan dunia yang menjadi tolak ukurnya?
Sebutlah ini jihad, layaknya para syuhada' berdjoeang melawan penjajah. Sebutlah ini jihad fi sabilillah, yang berjuang dengan segenap jiwa, pikiran, dan harta. Perjuangan yang diwarnai dengan kemudahan-kemudahan olehNya, yang tak kita jumpai dari mereka; Buya HAMKA, menarikan pena dari balik teralis penjara; Soekarno dan Hatta, bertadabbur dan menggali potensi nun jauh di pengasingan. Atau perjuangan mereka, Kiai Ahmad Dahlan, berlumur darah dan airmata ketika mempertahankan aqidahnya. Dari Ustadz Abdurrahim Nur, Ustadz Aliga Ramli, penuh ghirrah, berdakwah meski usia di penghujung senja. Dan, dari panutan kita, Rasulullah Saw, tak henti-hentinya kita menyebut asmaNya, jauh..jauh.. perjuangan kita dengan mereka.
Perjuangan ternyata sudah menempa diri kita bahkan semenjak kita belum terlahir kedunia. Perjuangan kita bahkan bukan mengalahkan satu dua lawan saja. Tapi perjuangan kita, saat kita berjuang dengan puluhan juta lawan. Saat jutaan sel sperma berebut untuk membuahi indung telur. Kitalah yang saat itu, dengan penuh gagah dan lantang berteriak kedunia bahwa kitalah pemenangnya. Dengan penuh semangat kita pekakkan dunia dengan suara tangis kita. Dengan penuh kebanggaan, Ayah-Bunda kita menangis haru menyambut kehadiran kita. Dengan penuh harap mereka berdoa, agar kita menjadi insan yang berguna, bagi agama, bangsa, dan negara. Bagi masyarakat, bagi ummat.
Maka, tak ada alasan untuk kita menyerah melambaikan bendera putih ke tengah arena. Tak ada tempat lagi untuk menyurutkan langkah. Tak berarti saat ini, jika tak menguatkan hati, mengupayakan dengan segenap jiwa, harta, pikiran, dan tenaga. Sepenuhnya!
Apalah yang perlu dikeluhkan, jika jalan mendaki membuat kita semakin dewasa memandang kehidupan?
Mengapa kita harus menyesal, bila tubuh kita tergelepar lelah dengan senyum kemenangan?
Adakah yang menjadikan hasad, ketika keberlimpahan dunia yang menjadi tolak ukurnya?
Sebutlah ini jihad, layaknya para syuhada' berdjoeang melawan penjajah. Sebutlah ini jihad fi sabilillah, yang berjuang dengan segenap jiwa, pikiran, dan harta. Perjuangan yang diwarnai dengan kemudahan-kemudahan olehNya, yang tak kita jumpai dari mereka; Buya HAMKA, menarikan pena dari balik teralis penjara; Soekarno dan Hatta, bertadabbur dan menggali potensi nun jauh di pengasingan. Atau perjuangan mereka, Kiai Ahmad Dahlan, berlumur darah dan airmata ketika mempertahankan aqidahnya. Dari Ustadz Abdurrahim Nur, Ustadz Aliga Ramli, penuh ghirrah, berdakwah meski usia di penghujung senja. Dan, dari panutan kita, Rasulullah Saw, tak henti-hentinya kita menyebut asmaNya, jauh..jauh.. perjuangan kita dengan mereka.
" Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." Al-‘Ankabut 29: 69