Kamus
besar bahasa Indonesia mendefinisikan Entrepreneur sebagai orang yang
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam
berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan
operasinya, serta memasarkannya.
Dengan
ciri tersebut, maka entrepreneur harus memiliki kemampuan untuk berfikir kreatif serta imajinatif ketika ada
sebuah peluang usaha dan bisnis baru, serta harus dapat memberdayakan dirinya
untuk kebaikan sekitarnya, bukan orang yang memanfaatkan sekitarnya untuk
kepentingan dirinya (lihat http://cahayaentrepeneur.blogspot.com).
Dari
pengertian diatas, entrepreneur menjadi semacam kebutuhan yang harus dimiliki
setiap orang yang menginginkan pada dirinya muncul sebuah hal-hal baru. Yang
mampu mengelola hal-hal baru tersebut, tak hanya bagi dirinya sendiri, namun
untuk khalayak luas.
Setali
tiga uang dengan pengertian tersebut, maka peran mahasiswa sebagai agent
perubahan (agent of change) dituntut
untuk selalu dapat berpikir kreatif dalam menyelesaikan problem-problem yang
ada di sekitarnya.
Dengan
pola pikir yang kreatif dan imajinatif, mahasiswa tak terkungkung dalam stigma intelektual
yang berada di menara gading, alias tak dapat bersentuhan dengan problem
kehidupan yang multikompleks.
Bagaimana
caranya? Salah satunya adalah dengan menumbuhkembangkan jiwa entrepeneur ke
dalam sistem kurikulum pembelajaran di
setiap kampus dan mengintegrasikannya tak hanya terbatas dalam sekat ruang
kelas. Membagi porsi teori dan praktik yang memadai dengan dukungan sumber daya
manusia pengajar yang mumpuni dan berkualitas, sehingga diharapkan tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai.
Tiap
mahasiswa yang memprogram matakuliah entrepeneur, diharapkan tak hanya
mendapatkan wawasan tentang ke-entrepreneuran semata, namun lebih dari itu,
mereka mampu memberikan produk pemikiran kreatif-imajinatif yang sesuai dengan
kebutuhan pasar dan problematika yang dibutuhkan masyarakat.
Manfaat
lain dari matakuliah ke-entrepreneuran/ kewirausahaan yang apabila diterapkan
di setiap perguruan tinggi adalah membentuk sikap mahasiswa yang mandiri, etos
kerja tinggi, semangat pantang menyerah, berpikir kreatif-imajinatif, yang
secara keseluruhan merupakan ‘roh’ yang
harus dimiliki oleh setiap entrepreneur.
Sehingga,
pola pikir sebelumnya yang mengatakan bahwa mahasiswa lulus kuliah untuk
mencari kerja, berangsur-angsur akan terhapus dan terganti dengan predikat lulus
kuliah dan menciptakan lapangan kerja.
Diharapkan,
dengan bertambahnya jumlah entrepreneur di negara ini akan berimplikasi pada
kemakmuran dan kesejahteraan para penduduknya. Yang dapat berkompetisi tak
hanya dalam tataran lokal, namun sudah mengglobal.
Semoga dengan demikian, sebutan pengangguran
intelektual dapat segera terkikis habis dan tak pernah muncul lagi dalam
pelbagai pemberitaan. (roelsebloe)
Selengkapnya lihat:
http://beasiswadataprint.com/
www.dataprint.co.id
Selengkapnya lihat:
http://beasiswadataprint.com/
www.dataprint.co.id
http://cdn-media-1.lifehack.org/ |