Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

Blog Darul Setiawan

Manusia Biasa yang Ingin Mengagungkan PenciptaNya

12 July 2014

Salam Jumpa di Musasi

“Perubahan akan memberikan dampak, baik berhasil ataupun tidak. Namun percayalah, itu lebih baik dari diam dan stagnan!”

Pesan dari Kepala Sekolah, Bapak Aunur Rofiq, sungguh tak bisa membuat saya tenang. Ada yang mengganjal, kalimat-kalimatnya mengusik alam pikiran saya. Paparan beliau Jumat pagi (11/7) di Hall lt.3 SMP Musasi (Muhammadiyah 1 Sidoarjo) seperti menghakimi diri ini, betapa lemah dan takutnya bila sesuatu yang bernama perubahan itu datang.

Sampai kemudian amanah itu datang, selembar surat yang didalamnya memuat perihal penugasan. Dua belas jam dalam sepekan. Empat kali pertemuan plus dua kali diluar jam internal. Dimulai pukul 6.45 hingga ba’da Asar.  “Ini mungkin saatnya!”
Inilah saatnya, ketika kita harus memilih..

**

Enam tahun bukanlah waktu yang singkat. Tentu begitu melimpah kenangan yang tersimpan dalam folder ingatan. Saya pun tak bisa menyangka, ketika kaki ini sudah melangkah di akhir, ada ketakjuban akan ke-Mahabesaran-Nya. Begitu banyak kemurahan Allah, memberikan kesempatan hamba-Nya untuk berdiri diantara dua kaki, bahkan tiga kaki, subhanallah!

Ya, hingga tujuh semester berakhir, saya belum memikirkan akan dibawa kemana ilmu yang saya kais di FIK-Unesa nantinya. Menunggu hingga lulus sembari tetap menjalankan aktivitas ‘biasanya’ di sore hari, atau harus melompat, mengembara dan berkelana menjelajah mengais pengalaman baru. Inilah yang dinamakan pilihan-pilihan. Dan kita harus memilihnya salah satu, meski sebenarnya kita bisa menjalankan keduanya, namun akan kurang optimal.  

Bismillah..

Semoga Allah karuniakan kebaikan-kebaikan atas apa yang kami pilih. Didasari niat untuk mengharap pahala dan ridhaMu, ya Rabb, berkahilah keputusan kami. Salam jumpa di Musasi..

9 July 2014

Pilpres: Pilih-pilih Preseden*

Pilpres 9 Juli 2014,

Pagi hari, semangat itu masih meninggi. Ba’da sahur dan salat subuh yang kemudian dirangkai dengan tadabbur Quran surat An-Nahl ayat 123-124 di Nurul Azhar. Ustadz Eko menjelaskan ayat per ayat yang menjelaskan betapa pentingnya meneladani sifat nabi Ibrahim sebagai Bapak Tauhid.

Ada 5 (lima) sifat nabi Ibrahim yang dijelaskan dalam ayat 123 tersebut. Pertama adalah Imam, yaitu yang dapat memberikan keteladanan. Kedua, tunduk-patuh-taat pada aturan Allah. Ketiga, lurus, yang dapat diartikan benar dalam setiap tindak-tanduk dan perilaku. Yang keempat, tidak melakukan kemusyirikan, yakni menyekutukan Allah dengan apapun. Dan yang terakhir adalah bersyukur pada Allah.

***

Pilpres yang dalam terjemahan aslinya pilihan Presiden. Pesta demokrasi lima tahunan. Kali ini yang menjadi trending topic bukan hanya dari kelas warung-warung makan pinggiran kaki lima, tapi merembet hingga artis-artis kelas papan atas dunia. Dua kandidat pasangan capres-cawapres yang dijagokan, Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla ‘bertarung’ memperebutkan suara mayoritas rakyat Indonesia.

Maka, mempelajari rekam jejak dan reputasi kedua pasangan calon pun wajib hukumnya. Menimbang kualitas dan kapasitas keduanya sebagai pengemban amanah rakyat dalam lima tahun kedepan seolah tak bisa dipandang dengan mata. Artinya, maju-mundurnya negeri kita tercinta, dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, tak bisa lepas dari peran seorang kepala negara dalam memberikan kebijakan dan kemaslahatan untuk rakyat dan umat.

Ketika pilihan kemajuan itu yang saya tangkap dari beberapa kali melihat tayangan televisi, yakni dari program debat capres-cawapres, yang notabene mempertunjukkan dengan jelas kemampuan seorang calon capres dan cawapres dalam menjawab pelbagai persoalan dan tantangan bangsa. Juga mengamati referensi dan kedalaman informasi media.

Plus ditambah diskusi dengan para sopir, mahasiswa, pendidik, pedagang, hingga pengangguran, jelas saya menangkap gejala kemajuan dan kebangkitan bangsa Indonesia --yang akan menghadapi tantangan lima tahun kedepan yang luar biasa itu-- datangnya dari pasangan  capres dan cawapres nomor urut 1 (baca: satu!). Prabowo-Hatta!
Bila kemudian ada yang mengaitkan,

“Ya jelas saja pilih nomor satu, kamu kan orang PAN.”
“Wah, ga heran, puasanya aja mendahului, pasti ikut PRABOWO!”
“Biasa, mereka kan golongan garis keras, fundamentalis, dsb..”

Bukan, bukan hanya karena alasan-alasan emosional seperti yang saya contohkan diatas..

****

Seringkali kami berdiskusi. Seperti yang kami lakukan ba’da Qiyamu Ramadan (salat tarawih) di Musala Nurul Huda tadi, saya bersama kawan seperjuangan Mohammad Delgago, dan guru kehidupan dan wawasan kami, Ustadz Syahrul, ST., membahas topik yang sedang hangat-hangatnya. Pilihannya ada tiga; piala dunia, infaq Ramadan, dan yang terakhir pilpres.

Tak dinyana, ketiga sub topik bahasan tadi rupanya masuk seluruhnya dalam diskusi yang berakhir ketika si Fuha (jagoan pertamanya Ustadz Syahrul) merengek minta pulang. 

Muqaddimah diskusi yang digelar di selasar musala dengan gaya lesehan itu pada awalnya membahas kekalahan Brasil yang telak atas Jerman di semifinal Piala Dunia. Dalam gelaran empat tahunan tersebut, Brasil yang dijagokan juara karena bertindak sebagai tuan rumah harus tunduk, patuh dan luluh lantak pada ketangguhan Jerman. Skor 7-1 menjadi bukti nyata ‘pembantaian’ tanpa belas kasihan tersebut. Absennya striker Neymar dan bek tangguh Thiago Silva menjadi kambing hitam kekalahan telak mereka yang dikenal dengan sepak bola indahnya; ‘Joga Bonito’.

Obrolan pun bergeser ke arah infaq Ramadan. Kegiatan yang menjadi agenda rutin musala Nurul Huda yang sama pada tahun-tahun sebelumnya, yakni membagikan beras pada mereka mustadh’afin yang berpuasa.
Tapi, mau tak mau diskusi kami akhirnya masuk pada putaran Pilpres. Dua kandidat ini akhirnya menjadi sasaran tembak. Bukan dengan hujan gol seperti gawang Brasil yang dikoyak Jerman, namun dengan analisis tajam yang dihimpun dari pelbagai sumber.

Diantaranya tentang ribut-ribut soal hasil hitung cepat Pilpres antar media yang berlainan hasil satu sama lain. Yang konon sudah tercium dari kasus Pilkada Jatim yang ternyata mencuat setelah ketua MK-nya (si Akil Baligh, eh..Akil Mochtar) tertangkap tangan tindak pidana penyuapan.

Hasil diskusi yang kritis, nyelentik, panas, dan membuat jiwa kita bergejolak bila melihat paparan argumentasi yang diberikan, sehingga lebih layak masuk dalam kategori OTR (Out of The Record). Mohon maaf bila tak bisa dipaparkan sekarang, sembari menunggu keputusan KPU tanggal 22 Juli nanti..

____________
*Preseden merupakan kejadian, tindakan, kesimpulan, keputusan yang telah terjadi pada masa lalu yg diikuti / ditiru oleh orang lain pada kejadian, tindakan yang sama atau serupa.pada masa berikutnya (idyahoo.answer.com-diakses 9/7/14)

7 July 2014

Judulnya Jadwal

Alhamdulillah, ungkapan yang wajib terucap untuk pertama kali, selain istighfar tiga kali saban usai salat. Ungkapan syukur karena diberikan oleh sang Maha menciptakan dan pemberi rezeki, juga karena saat ini, sudah mendekati Ramadan di hari ke-10. Lusa juga ada pemilihan capres-cawapres, dan yang pastinya ditunggu-tunggu adalah suguhan yang menarik dari si kulit bundar, apalagi jika bukan World Cup 2014.
Sayangnya, dari beragam warna dunia yang hadir dan memberi spektrum dalam tiap relung kehidupan itu, ada sedikit ganjalan yang terasa..

Beberapa hari ini saya berkepo-kepo di web Jurusan. Kelakuan yang sebenarnya jarang saya lakukan, tapi bersebab dalam web tersebut terdapat pengumuman yang dinanti-nanti oleh mayoritas mahasiswa semester akhir yang mencomot dan memprogram matakuliah skripsi dalam KRS-nya. Dan, sesuatu yang saya nanti-nanti itu rupanya belum nongol-nongol juga. Sudah saya tekankan pada diri saya untuk bersabar. Heh..bersabar?

Ya, hanya dengan sabar dan salat-lah pertolongan Allah itu datang. Namun, dalam konteks saat ini, dengan melihat para stakeholder jurusan dengan beragam 'politik kepentingan' di dalamnya membuat saya sedikit berkecil hati. Menyiutkan mental man shabara zafira yang sedang dipupuk.

Jika dulu, ya dulu saat kawah candradimuka diwarnai oleh para satria-satria penegak ilmu yang bersih hati dan jiwanya, tanpa tendensi dan kepentingan yang menyertainya, dunia perkampusan seolah dinamis dan bertaburan warna semangat tuk menggapai mimpi yang menjulang ke langit. Adanya sikap saling percaya (trust) antara pemangku kepentingan di perguruan tinggi dengan para pengais ilmu menjadikan kerjasama yang transparan tanpa harus disertai dengan transaksi abu-abu. Ujungnya pun menjadi semakin tak jelas, ada tumpang tindih antara hak yang harus diterima mahasiswa dan kewajiban yang kudu dijalankannya.

Dengan semakin berjalannya waktu, dimana hanya tinggal hitungan hari, maka saya hanya bisa ‘berpasrah’ pada Yang Kuasa. Berpasrah pada Yang Maha Segalanya ini bukan berarti kemudian saya cukup berpangku tangan, nirgerak, dan tengak-tenguk nungguk untuk saja. Namun, kepasrahan yang disertai dengan upaya daya yang telah dianugerahkan oleh-Nya pada kita. Diperkuat dengan doa-doa yang menjuntai dari bumi ke langit.

Dan bulan Ramadan yang mulia ini adalah momennya. Syahrut tarbiyah, bulan pendidikan, dimana ada gemblengan karakter tangguh dan pantang menyerah. Pengasuh, pelatih, sekaligus pengawasnya adalah Allah sendiri. Hasil training itu kemudian kita lihat dalam 11 bulan mendatang.


Jika kembali pada konteks asal, maka awal Juli sampai Agustus inilah pengerahan segenap kemampuan tenaga, otak, dan doa dioptimalkan. Dukung dan doakan kami, kawan!